Pergerakan Nasional Wanita Indonesia


PERGERAKAN NASIONAL WANITA INDONESIA



Latar Belakang Munculnya Pergerakan Nasional Wanita Indonesia 
 
Sejarah gerakan wanita di indonesia menunjukan kemiripan dengan gerakan wanita di negara-negara yang pernah mengalami penjajahan oleh negara-negara Barat. Pada umumnya gerakan wanita sebagai sosial tidak muncul tiba-tiba melainkan merupakan perkembangan dalam masyarakat dimana ada perasaan cemas dan ada keinginan individu yang menghendaki perubahan dan yang kemudian bergabung dalam suatu tindakan bersama.

Awal dari kemunculan gerakan wanita di Indonesia ini tidak lepas dari kebijakan pemerintahan kolonial. Salah satu kebijakan yang mempengaruhinya adalah kebijakan politik etis yang didalamnya terdapat hal mengenai pendidikan. Dengan adanya politik etis ini bidang pengajaran menjadi salah satu prioritas pemerintahn kolonial dimana pemerintahan kolonial tidak hanya mendirikan sekolah rendah saja melainkan mulai mendirikan sekolah-sekolah menengah, sekolah keguruan, dan sekolah tinggi. 

Namun sayangnya perkembangan pendidikan ini tidak dapat sepenuhnya dirasakan oleh kaum wanita karena hanya kaum laki-laki yang dapat mengenyam pendidikan sampai ke jenjang yang tinggi. Hal ini memunculkan adanya diskriminasi antara kaum pria dan kaum wanita. Berkembangnya diskriminasai terutama dalam pembatasan pendidikan bagi kaum wanita ini ternyata dipengaruhi oleh adat yang berkembang pada saat itu. Sehingga pendidikan yang diperoleh kaum wanita hanya sebatas kepada persiapan untuk menjadi seorang ibu rumah tangga yang baik, kalaupun wanita itu bersekolah itu hanya sampai tingkat sekolah rendah saja karena pada masa itu anak wanita yang sudah menginjak usia dewasa atau gadis tidak diperbolehkan keluar rumah dalam kehidupan keluarga.

Selain itu juga faktor yang turut mempengaruhi munculnya gerakan wanita adalah menegenai kedudukan wanita yang berada dalam kekusaan laki-laki, terutama dalam hal perkawinan. Kekuasaan yang tak terbatas dari seorang laki-laki ini menyebabkan dia dapat dengan mudah mempoligami istrinya dan menceraikan istrinya sesuka hati, kekuasaan tidak terbatas dari kaum laki-laki dalam perkawinan dimana seorang laki-laki dengan begitu saja sewaktu-waktu boleh menceraikan isterinya, tidak usah mengatakan sebab-sebabnya dan tidak ada beban kewajiban untuk menyokong isteri yang diceraikan, kawin paksa dimana wanita banyak yang di kawinkan dengan suami yang belum pernah dilihatnya, atau sudah pernah di lihat tetapi belum dikenal, adat kebiasaan tetap tinggal di rumah yang menuntut gadis-gadis sejak mulai menginjak waktu dewasa tidak boleh meninggalkan rumah, maka hal-hal inilah yang kemudian menjadi penyebab dari awal mulanya pergerakan wanita.

 Tujuan Pergerakan kaum wanita pada umumnya bersifat sosial, dengan tujuan:

1.  Keluar: berusaha memperoleh persamaan hak setaraf dengan kaum pria, agar supaya tidak diperlakukan sewenang-wenang.
2.    ke dalam : berusaha meningkat/sempurnakan kemampuan dan kecerdasan kaum wanita sendiri sebagal ibu dan pemeg ang kendali rumah-tangga.
  
Perkembangan Organisasi Wanita di Indonesia

Pada masa-masa berikutnya, kesadaran wanita Indonesia untuk hidup lebih baik makin terbuka lebar. Hal ini ditandai dengan keberadaan organisasi-organisasi wanita yang semakin banyak berdiri. Organisasi wanita yang muncul misalnya:
Organisasi-organisasi wanita yang berdiri pada masa pergerakan nasional antara lain:

1) Putri Mardika (1912)

Putri Mardika adalah organisasi keputrian tertua dan merupakan bagian dari Budi Utomo. Tujuannya adalah untuk memberikan bantuan, bimbingan dan penerangan kepada wanita-wanita pribumi dalam menuntut pelajaran dan dalam menyatakan pendapat di muka umum. Kegiatannya antara lain sebagai berikut: memberikan beasiswa dan menerbitkan majalah bulanan. Tokoh-tokohnya: P.A Sabarudin, R.A Sutinah Joyopranoto, R.R Rukmini, dan Sadikun Tondokukumo.

2) Kartini Fonds (Dana Kartini)

Organisasi ini didirikan oleh Tuan dan Nyonya C. Th. Van Deventer, tokoh politik etis. Salah satu usahanya adalah mendirikan sekolah-sekolah, misalnya: Sekolah Kartini di Jakarta, Bogor, Semarang (1913), setelah itu di Madiun (1914), Malang dan Cirebon (1916), Pekalongan (1917), Subabaya dan Rembang.

3) Kautamaan Istri

Organisasi ini berdiri sejak tahun 1904 di Bandung, yang didirikan oleh R. Dewi Sartika. Pada tahun 1910 didirikan Sekolah Keutamaan Istri, dengan tujuan mengajar anak gadis agar mampu membaca, menulis, berhitung, punya keterampilan kerumahtanggaan agar kelak dapat menjadi ibu rumah tangga yang baik. Kegiatan ini kemudian mulai diikuti oleh kaum wanita di kota-kota lainnya, yaitu Tasikmalaya, Garut, Purwakarta, dan Padang Panjang.
  
4) Kerajinan Amal Setia (KAS)

KAS didirikan di Kota Gadang Sumatra Barat oleh Rohana Kudus tahun 1914. Tujuannya adalah untuk meningkatkan pendidikan wanita, dengan mengajarkan cara-cara mengatur rumah tangga, membuat barang-barang kerajinan tangan beserta cara pemasarannya. Pada tahun itu juga, KAS berhasil mendirikan sekolah wanita pertama di Sumatera sebelum terbentuknya Diniyah Putri di Padangpanjang.

5) Aisyiah (1917)

Aisyiah didirikan pada 22 April 1917 dan merupakan bagian dari Muhammadiyah. Pendirinya adalah H. Siti Walidah Ahmad Dahlan. Kegiatan utamanya adalah memajukan pendidikan dan keagamaan bagi kaum wanita, memelihara anak yatim, dan menanamkan rasa kebangsaan lewat kegiatan organisasi agar kaum wanita dapat mengambil peranan aktif dalam pergerakan nasional.

6) Percintaan Ibu Kepada Anak Turunannya (PIKAT)

PIKAT didirikan pada bulan Juli 1917 oleh Maria Walanda Maramis di Menado, Sulawesi Utara. Tujuannya: memajukan pendidikan kaum wanita dengan cara mendirikan sekolah-sekolah rumah tangga (1918) sebagai calon pendidik anak-anak perempuan yang telah tamat Sekolah Rakyat. Di dalamnya diajari cara-cara mengatur rumah tangga yang baik, keterampilan, dan menanamkan rasa kebangsaan.

7) Organisasi Kewanitaan Lain

Organisasi Kewanitaan lain yang berdiri cukup banyak, antara lain: Pawiyatan Wanita di Magelang (1915), Wanita Susila di Pemalang (1918), Wanita Rukun Santoso di Malang, Budi Wanita di Solo, Putri Budi Sejati di Surabaya (1919), Wanita Mulya di Yogyakarta (1920), Wanita Katolik di Yogyakarta (1921), PMDS Putri (1923), Wanita Taman Siswa (1922), dan Putri Indonesia (1927).

8) Kongres Perempuan Indonesia

Pada 22-25 Desember 1928 di Yogyakarta, diselenggarakan Kongres Perempuan Indonesia pertama. Kongres tersebut diprakarsai oleh berbagai organisasi wanita seperti: Wanita Utomo, Putri Indonesia, Wanita Katolik, Wanita Mulya, Aisyiah, SI, JIB, dan Taman Siswa bagian wanita. Tujuan kongres adalah mempersatukan cita-cita dan usaha untuk memajukan wanita Indonesia, dan juga mengadakan gabungan antara berbagai perkumpulan wanita yang ada.


Dalam kongres itu diambil keputusan untuk mendirikan gabungan perkumpulam wanita yang disebut Perikatan Perempuan Indonesia (PPI) dengan tujuan:

1. memberi penerangan dann perantaraan kepada kaum perempuan, akan mendirikan studie fond untuk anak-anak perempuan yang tidak mampu;
2.    mengadakan kursus-kursus kesehatan;
3.    menentang perkawinan anak-anak;
4.    memajukan kepanduan untuk organisasi-organisasi wanita tersebut di atas, pada umumnya tidak mencampuri urusan politik dan berjuang dengan haluan kooperatif.

Demikianlah Pergerakan Nasional Wanita Indonesia
Semoga Bermanfaat, Terima Kasih.
Dibuat Oleh : Amanah Cengkeh Padang


Pergerakan Nasional Budi Utomo


PERGERAKAN NASIONAL BUDI UTOMO


Sejarah Budi Utomo

Untuk membangkitkan jiwa kebangsaan dan rasa harga diri yang kuat terhadap seluruh lapisan masyarakat di Indonesia, kaum terpelajar yang dipelopori oleh dr. Wahidin Sudirohusodo dan (pemuda) Sutomo mulai menggerakkan para pemuda dan pelajar Indonesia untuk membentuk organisasi yang akan bergerak dalam bidang sosial, budaya, ekonomi, dan politik. Pada tahun 1906, kaum terpelajar tersebut mulai terjun ke daerah-daerah untuk mencari dukungan moral dan material dari kaum bangsawan, para pegawai, dan dermawan agar bersedia secara aktif membantu usaha dalam memperbaiki nasib bangsanya. Dalam ceramahnya di depan para pelajar STOVIA, dr. Wahidin Sudirohusudo melontarkan keinginannya untuk mendirikan badan pendidikan yang disebut studiefonds. Ajakan tersebut mendapat sambutan hangat dari seluruh pelajar.

Salah seorang pelajar STOVIA yang bernama Sutomo segera menghubungi kawan-kawannya untuk mendiskusikan mengenai nasib bangsanya. Pada hari Minggu, tanggal 20 Mei 1908 Sutomo dan kawan-kawannya di ruang kelas Sekolah Kedokteran STOVIA di Batavia atau Jakarta mendirikan sebuah perkumpulan yang diberi nama Budi Utomo (Budi Luhur).

Para pelajar yang aktif dalam pembentukan Budi Utomo tersebut adalah M. Suradji, Muhammad Saleh, Mas Suwarno, Muhammad Sulaiman, Gunawan, dan Gumbreg. Pada akhir pidatonya, Sutomo mengatakan, “berhasil dan tidaknya usaha ini bergantung kepada kesungguhan hati kita, bergantung kepada kesanggupan kita bekerja. Saya yakin bahwa nasib Tanah Air di masa depan terletak di tangan kita.” Ucapan itu disambut dengan tepuk tangan yang amat meriah.

Budi Utomo setelah terbentuk, para pengurus dan anggotanya segera mempropa gandakan mengenai maksud dan tujuan pembentukan organisasi tersebut kepada semua masyarakat, terutama kelompok pelajar, pegawai, kaum priayi, dan pedagang kecil. Propaganda itu ternyata mendapat sambutan hangat. Berita tentang pembentukan Budi Utomo akhirnya tersiar juga lewat surat kabar sehingga diketahui oleh pelajar-pelajar di berbagai kota. Akhirnya, para pelajar di kota-kota, seperti Yogyakarta, Magelang, dan Probolinggo ikut mendirikan cabang-cabang Budi Utomo. Nama Sutomo sebagai pendiri dan ketua umum Budi Utomo makin populer sekaligus mengundang risiko besar.

Beberapa staf pengajar dan pemerintah Belanda menuduh Sutomo dan kawan-kawannya sebagai pemberontak. Sutomo diancam akan dipecat dari sekolahnya. Akan tetapi, kawan-kawannya mempunyai solidaritas tinggi. Jika Sutomo dikeluarkan, mereka akan ikut keluar juga. Dalam persidangan di sekolah, Sutomo masih dipertahankan oleh pemimpin umum STOVIA, Dr. H. E. Roll sehingga ia dan kawan-kawannya tidak jadi dikeluarkan dari sekolah. Jelaslah bahwa setiap perjuangan pasti mendapat tantangan, rintangan, bahkan ancaman, tetapi mereka tetap tegar.

Tujuan yang hendak dicapai dari pendirian organisasi Budi Utomo tersebut antara lain:

·       Memajukan pengajaran.
·       Memajukan pertanian, peternakan dan perdagangan.
·       Memajukan teknik dan industri.
·       Menghidupkan kembali kebudayaan.

Budi Utomo berkembang makin besar sehingga perlu menyelenggarakan kongres. Untuk keperluan itu, mereka mempersiapkan segala sesuatunya atas usaha sendiri. Dr. Wahidin berkampanye keliling daerah untuk mendapatkan dukungan dan bantuan dari semua pihak. Kongres Budi Utomo yang pertama berhasil diselenggarakan pada tanggal 5 Oktober 1908 di Yogyakarta. Dalam kongres dihasilkan beberapa keputusan penting, seperti:

1.    Merumuskan tujuan utama Budi Utomo, yaitu kemajuan yang selaras untuk negara dan bangsa, terutama dengan memajukan pengajaran, pertanian, peternakan, perdagangan, teknik dan industri, ilmu pengetahuan dan seni budaya bangsa Indonesia.
2.    Kedudukan pusat perkumpulan berada di Yogyakarta.
3.    Menyusun kepengurusan dengan Ketua R.T. Tirtokusumo, Bupati Karanganyar (Jawa Tengah).
4.    Kegiatan Budi Utomo terutama ditujukan pada bidang pendidikan dan kebudayaan.
5.    Wilayah gerakannya difokuskan di Jawa dan Madura.
6.    BU tidak ikut mengadakan kegiatan politik.Penyerahan pimpinan pusat organisasi oleh Sutomo kepada kaum tua mempunyai tujuan strategis berikut:
·       Menghargai kaum tua yang lebih berpengalaman.
·       Mengajak kaum tua untuk ikut memikirkan dan memajukan pendidikan rakyat lewat Budi Utomo.
·       Sutomo dan kawan-kawannya masih harus menyelesaikan pendidikannya lebih dahulu di STOVIA, Jakarta.

Pada tahun awal berkembangnya Budi Utomo dapat menjadi tempat penyaluran keinginan rakyat yang ingin maju dan tempat mengabdi tokoh-tokoh terkemuka bangsanya. tokoh-tokoh yang pernah menjabat sebagai ketua Budi Utomo antara lain: R.T Tirtokusumo (1908-1911), Pangeran Aryo Noto Dirodjo dari Istana Paku Alam (1911-1914), R.Ng. Wedyodipura VII (1914-1915), dan R.M. Ario Surjo Suparto (1915). Oleh karena pemimpin Budi Utomo umumnya berasal dari kaum bangsawan, banyaklah dana yang disumbangkan untuk kemajuan pengajaran.

Dengan demikian, lahirlah badan bantuan pendidikan atau studiefonds yang diberi nama Darma Wara. Hal inilah yang dicita-citakan oleh dr. Wahidin. Sejak tahun 1908 hingga tahun 1915, Budi Utomo hanya bergerak di bidang sosial dan budaya terutama pada bagian pengajaran. Namun, setelah tahun 1925 itu Budi Utomo ikut terjun ke dunia politik. Perubahan haluan ini terjadi karena adanya pengaruh dari organisasi pergerakan lain yang bercorak politik, seperti Indische Partij dan Sarekat Islam. Tujuan Budi Utomo berpolitik adalah untuk mendapat bagian dalam pemerintahan yang akan dipegang oleh golongan pelajar pribumi. Kegiatan Budi Utomo dalam bidang politik, antara lain sebagai berikut.

1.    Budi Utomo ikut duduk dalam komite Indie Weerbaar yang dikirim ke Negeri Belanda untuk membahas pertahanan Hindia Belanda pada tahun 1916–1917.
2.    Budi Utomo juga mengusulkan pembentukan Volksraad (Dewan Rakyat) bagi penduduk pribumi, ketika wakilnya dalam Comite Indie Weerbaar (Panitia Ketahanan Hindia Belanda) berangkat ke Negeri Belanda.
3.    Budi Utomo berpartisipasi dalam pembentukan Komite Nasional untuk menghadapi pemilihan anggota Volksraad.
4.    Budi Utomo berpartisipasi aktif sebagai anggota Volksraad, bahkan menempati dua dalam hal jumlah anggota di antara anggota pribumi.
5.    Budi Utomo mencanangkan program politiknya berupa keinginan mewujudkan pemerintahan parlementer yang berasas kebangsaan.
6.    Pada tahun 1927, Budi Utomo memprakarsai dan bergabung dalam Permufakatan Perhimpunan-Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI) .
7.    Dokter Sutomo banyak mendirikan studieclub yang dalam praktiknya juga dapat membahas soal-soal politik.

Pada tahun 1928, Budi Utomo masuk menjadi anggota PPPKI (Permufakatan Perhimpunan-Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia), suatu federasi partai-partai politik Indonesia yang terbentuk atas prakarsa PNI Sukarno. Jika dilihat dari keanggotaannya, Budi Utomo sebenarnya adalah sebuah perkumpulan kedaerahan Jawa. Namun sejak konggres di Batavia tahun 1931, keanggotaan Budi Utomo dibuka untuk semua orang Indonesia. Budi Utomo juga membuktikan diri sebagai sebuah organisasi yang bersifat nasional dengan cara bergabung di PBI (Persatuan Bangsa Indonesia). Penggabungan inilah yang kemudian membentuk sebuah organisasi baru bernama PARINDRA (Partai Indonesia Raya).

Meskipun pada masanya Budi Utomo tidak memiliki pamor seterang organisasi-organisasi pergerakan nasional lain seperti Sarekat Islam (SI) atau Indiche Partij (IP). Namun BU tetap memiliki andil yang besar dalam perjuangan pergerakan nasional karena telah menjadi pelopor organisasi kebangsaan. Itulah mengapa hari kelahiran Budi Utomo, 20 Mei diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional

Pada tahun 1935 Indonesisch Studie Club di Surabaya bergabung dengan Sarekat Madura menjadi Persatuan Bangsa Indonesia (PBI), kemudian PBI digabung dengan Budi Utomo menjadi Partai Indonesia Raya (Parindra). Budi Utomo dalam bidang politik meskipun kalah progresif jika dibandingkan dengan Sarekat Islam, Indische Partij, dan PNI, tetaplah sebagai pembuka jalan dan pelopor Pergerakan Nasional Indonesia. Karena peranan dan jasanya yang besar itulah, tanggal kelahiran Budi Utomo, 20 Mei, ditetapkan sebagai Hari Kebangkitan Nasional dan diperingati setiap tahun oleh bangsa Indonesia.

Asas dan Tujuan Budi Utomo

Asas dan tujuan Budi Utomo adalah menyadarkan kedudukan Bangsa Jawa, Sunda, dan Madura pada diri sendiri dan berusaha mempertinggi akan kemajuan mata pencaharian serta penghidupan Bangsa disertai dengan jalan memperdalam keseniaan dan kebudayaan (Wirjosuparto, 1958 : 102). Selain tujuannya yang lain adalah menjamin kehidupan sebagai Bangsa yang terhormat dengan menitik beratkan pada soal pendidikan, pengajaran, dan kebudayaan atau secara samar-samar menyebutkan kemajuan bagi Bangsa Hindia dimana jangkuan geraknya terbatas pada Jawa dan Madura serta baru meluas untuk penduduk Hindia seluruhnya dengan tidak memperhatikan perbedaan keturunan, kelamin, dan agama (Poeponegoro dan Notosusanto, 1992 : 178). Jika dicermati dari pernyataan tersebut, maka secara tersirat nampak pada Budi Utomo yakni kehormatan Bangsa. Bangsa yang terhormat adalah Bangsa yang memiliki derajat yang sama dengan Bangsa lain. Karena Bangsa Indonesia pada waktu itu tidak terhormat karena dijajah Belanda.

Teranglah sudah bahwa Budi Utomo telah mempunyai cita-cita tersembunyi yang kemudian menjadi cita-cita kaum Nasional Indonesia. Maka tepatlah kalau pemerintah mengakui secara resmi hari lahirnya Budi Utomo sebagai hari kebangkitan nasional, karena Budi Utomo bercita-cita nasional dan pergerakannya merupakan organisasi modern pada saat itu (Kansil dan Julianto, 1990 : 23). Pada tahun 1928 Budi Utomo menambahkan suatu asas perjuangan yaitu “ikut berusaha melaksanakan cita-cita Bangsa Indonesia”. Sungguh suatu langkah maju, karena waktu itu gelora persatuan telah berkumandang di udara pergerakan kita. Disitu nampak bahwa Budi Utomo sedang berusaha memperluas ruang geraknya. Tidak hanya menuju kehidupan harmonis bagi Jawa dan Madura tetapi lebih luas lagi yakni bagi persatuan Indonesia (Kansil dan Julianto, 1990 : 23). Walaupun pada awalnya Budi Utomo tidak berperan sebagai organisasi politik, namun dalam perjalanannya Budi Utomo terjun kepolitik. Hal ini terbukti pada tahun 1915 Budi Utomo ikut aktif dalam “Inlandsche Militie” dan waktu Volksraad dibentuk. Budi Utomo juga tergabung dalam “Radicale Concentratic” yakni persatuan aliran-aliran yang dicap kiri dalam Volksraad.

Berakhirnya Organisasi Budi Utomo di Indonesia

Runtuhnya organisasi budi Utumo yaitu pada tahun 1935, hal ini di sebabkan karena adanya tekanan terhadap pergerakan nasional dari pemerintah kolonial membuat Budi Utomo kehilangan wibawa, sehingga terjadi perpisahan kelompok moderat dan radikal dalam pengaruh Budi Utomo makin berkurang. Pada tahun 1935 organisasi ini bergabung dengan organisasi lain menjadi Parindra (Suhartono, 2001 : 31). Sejak saat itu Budi Utomo terus mundur dari arena politik dan kembali kekeadaan sebelumnya. Dalam bukunya Pringgodigdo, 1998:2-3, menyebutkan bahwa keruntuhan Budi Utomo disebabkan karena adanya propaganda kemerdekaan Indonesia yang dilakukan Indische Partji berdasarkan ke Bangsaan sebagai indier yang terdiri dari Bangsa Indinesia, Belanda Peranakan, dan Tionghoa. Banyak orang yang memandang Budi Utomo lembek oleh karena menuju “kemajuan yang selaras buat tanah air dan Bangsa” serta terlalu sempit keanggotaannya (hanya untuk Bangsa Indonesia dari Jawa, Madura, Bali, dan Lombok yaitu daerah yang berkebudayaan Jawa semata-mata) meninggalkan Budi Utomo.

Berdirinya Muhamadyah merugikan Budi Utomo, karena Budi Utomo tidak mencampuri agama. Jadi Budi Utomo kehilangan kedudukan monopolinya yang menyebabkan timbulnya perkumpulan beraliran Indisch-Nasionalisme Radikal yang beraliran demokratis dengan dasar agama dan yang beraliran keinginan mengadakan pengajaran modern berdasarkan agama dan ke Bangsaan diluar politik. Beranjak dipemerintahan kolonial menyebut Budi Utomo sebagai tanda keberhasilan politik Etis dimana memang itu yang dikehendakinya: suatu organisasi pribumi progresif-moderta serta dikendalikan oleh para pejabat. Pejabat-pejabat Belanda lainnya mencurigai Budi Utomo atau menganggapnya sebagai gangguan potensial. Desember 1909 Budi Utomo dinyatakan sebagai organisasi sah. Adanya sambutan hangat dari Batavia menyebabkan banyak orang Indonesia tidak puas dengan pemerintah yang mencurigai itu (Ricklefs, 2005 : 250-251).

Demikianlah Pergerakan Nasional Budi Utomo
Semoga Bermanfaat, Terima Kasih.
Dibuat Oleh : Amanah Cengkeh Padang


Pergerakan Nasional Taman Siswa

PERGERAKAN NASIONAL TAMAN SISWA


LATAR BELAKANG BERDIRINYA TAMAN SISWA
Ki Hajar Dewantara (KHD) ialah salah satu tokoh pergerakan nasional Indonesia, berasal dari lingkungan keluarga keraton Yogyakarta. Perjalanan hidupnya penuh dengan perjuangan dan pengabdian demi kepentingan bangsa Indonesia. Ia menamatkan sekolah di ELS (Sekolah Dasar Belanda), lalu melanjutkan ke STOVIA (Sekolah Dokter Bumipoetra). Namun tidak sampai lulus karena sakit. Ia lalu bekerja sebagai wartawan pada beberapa surat kabar. Tulisan-tulisannya sangat komunikatif dan mampu membangkitkan anti kolonial bagi para pembacanya.Pada tahun 1908 ia aktif di seksi propaganda Boedi Oetomountuk mensosialisasikan dan menggugah kesadaran masyarakat indonesia mengenai pentingnya persatuan dan kesatuan.Tanggal 25 Desember 1912 bersama douwes Dekker (Dr. Danudirja Setiabudi) dan dr. Cipto Mangunkusumo mendidikan Indische Partij ( Partai Politik Pertama yang beraliran Nasionalisme Indonesia).
Pada November 1913 ia ikut membentuk Komite Bumipoetra sebagai tandingan dari Komite Perayaan Seratus Tahun Kemerdekaan Belanda. Dalam komite Bumipoetra ini, KHD mengkritik Pemerintah Kolonial Belanda melalui tulisan yang berjudul Als Ik Eens Nederlander Was (Seandainya Aku Seorang Belanda) dan Een vor Allen maar Ook Allen voor Een (Satu untuk Semua, tetapi Semua untuk Satu). Tulisan Seandainya Aku Seorang Belanda dimuat dalam surat kabar de Express milik Dr. Douwes Dekker.Akibat tulisan itu, Pemerintah Kolonial Belanda menjatuhkan hukuman vuang kepada KHD ke pulau Bangka. Douwes Dekker dan Cipto Mangunkusumo membela KHD lewat tulisan mereka, namun tulisan tersebut juga dianggap menghasut rakyat untuk memusuhi dan memberontak oleh pemerintah Belanda.
Akhirnya, Douwes Dekker dihukum buang ke Kupang dan dr. Cipto Mangunkusumo dibuang ke Pulau Banda. Atas permohonan mereka, akhirnya pada bulan Agustus 1913 mereka dibuang ke Negeri Belanda.Di Belanda, KHD mempergunakan kesempatan itu untuk mendalami masalah pendidikan dan pengajaran hingga memperoleh gelar Europeesche Akte. Dalam studinya, KHD terpikat pada ide-ide sejumlah tokoh pendidikan Barat,seperti Froebel dan Montessori, serta Pergerakan pendidikan India, Santiniketan, oleh keluarga Tagore. Pengaruh-pengaruh inilah yang mendasarinya dalam mengembangkan sistem pendidikannya sendiri.
Tahun 1918, KHD kembali ke Indonesia dengan strategi perjuangan baru, yaitu dengan cara mencerdaskan kehidupan bangsanya. KHD berpikir bahwa rakyat yang bisa membaca, menulis, cerdas dan mencintai bangsanya akan mudah dimobilisasi dan digerakkan untuk Indonesia merdeka. Maka pada tahun 1922, didirikanlah Taman Siswa.
ASAS PENDIRIAN TAMAN SISWA

Taman Siswa menjadikan bukti kecerdasan intelektual dan kecekatan Ki Hajar Dewantara serta rekan-rekannya, hal ini terwujud dalam pondasi pendirian taman siswa yakni Asas. Asas Taman siswa berisikan tujuh pasal sebagaimana tertera di bawah ini:
Pasal Pertama
Bahwa setiap orang mempunyai hak mengatur dirinya sendiri, dengan terbitnya persatuan dalam peri kehidupan umum.
Pasal Kedua
Bahwa pengajaran harus memberi pengetahuan yang berfaedah dalam arti lahir dan batin dapat memerdekakan diri.
Pasal Ketiga
Bahwa pengajaran harus berdasarkan pada kebudayaan dan kebangsaan sendiri.
Pasal Keempat
Bahwa pengajaran harus tersebar luar sampai dapat menjangkau seluruh rakyat.
Pasal Kelima
Bahwa untuk mengajar kemerdekaan hidup yang sepenuhnya lahir maupun batin hendaklah diusahakan dengan kekuatan sendiri, dan menolak bantuan dari siapapun yang mengikat, baik lahir maupun batin
Pasal Keenam
Bahwa setiap konsekuensi hidup dengan kekuatan sendiri maka mutlak harus membelanjai sendiri segala usaha yang dilakukan.
Pasal Ketujuh
Bahwa dalam mendidik anak-anak perlu ada keikhlasan lahir dan batin mengorbankan segala kepentingan pribadi demi keselamatan dan kebahagiaan anak-anak.
Ketujuh pasal di atas merupakan landasan utama perjuangan organisasi Taman Siswa dalam mewujudkan cita-citanya.
TUJUAN BERDIRINYA TAMAN SISWA 
1.  Sebagai yang dinyatalan dalam “keterangan Azas Taman Siswa 1922″ pasal 1, tujuan Taman siswa sebagai lembaga pendidkan dan kebudayaan ialah terwujudnya masyarakat tertib dan damai.
2.    Tertib yang sebenarnya itu tidak akan ada  jika tidak ada damai. Dan, damai antara manusia itu hanya mungkin ada dalam keadilan sosial sebagai wujud berlakunya kedaulatan adab kemanusiaan yang menghilangkan segala rintangan oleh manusia terhadap sesamanya dalam syarat-syarat hidupnya serta menjamin terbaginya sarat hidup lahir dan batin secara sama rata, sama rasa.

 PERKEMBANGAN TAMAN SISWA
Hingga saat ini Pendidikan Taman Siswa ini masih eksis. Masing-masing tingkatan dalam Taman Siswa memiliki nama yang unik, seperti ;
·        Taman Indria atau Taman Kanak-kanak (TK)
·        Taman Muda atau Sekolah Dasar (SD)
·        Taman Dewasa atau Sekolah Menengah pertama (SMP)
·        Taman Madya atau Sekolah Menengah Atas (SMA)
·        Taman Guru atau Sarjana Wiyata atau Universitas (Perguruan Tinggi)            . 
Pendidikan Taman Siswa dilaksanakan berdasarkan sistem Among yaitu sistem pendidikan yang berjiwa kekeluargaan dan bersendikan kodrat alam dan kemerdekaan. Dalam sistem ini, setiap pendidik harus meluangkan waktu selama 24 jam setiap harinya untuk memberikan pelayanan kepada anak didik. Sistem Among ini berdasarkan cara berlakunya disebut sistem Tut Wuri Handayani. Orientasi pendidikan adalah pada anak didik yang dalam terminology baru disebut student centered.Untuk mencapai tujuan pendidikannya, Taman Siswa menyelenggarakan kerjasama yang selaras antara lingkungan keluarga, lingkungan keguruan dan lingkungan masyarakat.
Selain itu, Taman Siswa mempunyai ciri khas yaitu Pancadarma:
1.   Kodrat Alam (memperhatikan Sunatullah),
2.   Kebudayaan (trikon), 
3.   Kemerdekaan (memperhatikan potensi dan minat masing-masng individu dan kelompok),
4.   Kebangsaan (berorientasi pada keutuhan bangsa dengan berbagai macam sulu), dan
5.   Kemanusiaan (menjunjung harkat dan martabat setiap orang)
Tujuan yang utama dari pendidikan Taman Siswa saat ini ialah membangun anak didik menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Merdeka lahir batin, luhur akal budinya, cerdas dan berketerampilan serta sehat jasmani dan rohaninya untuk menjadi anggota masyarakat yang mendiri dan bertanggung jawab atas kesejahteraan bangsa, tanah air serta manusia pada umumnya. Meskipun dengan susunan kalimat yang berbeda, namun tujuan pendidikan Taman Siswa ini sejalan dengan tujuan pendidikan nasional.
AKHIR PERJUANGAN TAMAN SISWA
Taman Siswa berkembang dengan pesat karena sifatnya yang merakyat. Perkembangan yang pesat tersebut menyebabkan Pemerintah Kolonial Belanda khawatir sehingga pada tahun 1932 dikeluarkanlah UU Sekolah Liar (Wilde Scholen Ordonantie). Dengan undang-undang tersebut maka Taman Siswa harus bubar karena sekolah yang boleh berdiri sekolah-sekolah yang didirikan oleh Pemerintah Kolonial Belanda. Undang-undang tersebut menimbulkan perlawanan kaum pergerakan nasional karena dianggap sangat merugikan. Mereka lalu berdiri di belakang Taman Siswa. Pemerintah Kolonial Belanda akhirnya mencabut undang-undang tersebut pada tahun 1932 karena membuat situasi Hindia Belanda / Indonesia tidak kondusif. Taman Siswa diijinkan terus berkiprah di bidangnya dan perguruan atau organisasi ini hingga sekarang masih eksis serta meneruskan perjuangan pendirinya Ki Hajar Dewantoro. Atas jasa-jasanya yang luar biasa, Pemerintah RI menetapkan tanggal kelahiran Ki Hajar Dewantoro, yaitu tanggal 2 Mei sebagai Hari Pendidikan Nasional sedangkan asas pendidikan Tut Wuri Handayani sebagai semboyan Departemen Pendidikan Nasional.


Demikianlah Pergerakan Nasional Taman Siswa
Semoga Bermanfaat, Terima Kasih
Dibuat Oleh : Amanah Cengkeh Padang




Entri Populer