Pergerakan Nasional Indische Partij

PERGERAKAN NASIONAL INDISCHE PARTIJ (IP)


Pada awal abad ke-20, di Nusantara muncul berbagai kelompok dan organisasi yang memiliki konsep nasionalisme yaitu organisasi pergerakan kemerdekaan Indonesia antara lain : Budi Utomo (BU), Sarekat Dagang Islam (kemudian menjadi Sarekat Islam), Partai Komunis Indonesia (PKI), Partai Nasional Indonesia (PNI), Indische Partij (IP), Perhimpunan Indonesia, Permufakatan Perhimpunan-Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI), Partai Indonesia Raya (Parindra), Gabungan Politik Indonesia (Gapi), Gerakan dan Organisasi Pemuda, Organisasi Kepanduan, Gerakan Wanita, dan organisasi lainnya.. Munculnya organisasi-organisasi itu mendanai fase perubahan perlawanan terhadap pemerintah kolonial Belanda. Kalau sebelumnya berupa perlawanan fisik kedaerahan menjadi pergerakan nasional yang bersifat modern. Organisasi-organisasi itu mengusung tujuan yang sama, yakni untuk lepas dari penjajahan. Indische Partij (IP) merupakan bagian dari organisasi pergerakan nasional.

Indische Partij (IP) merupakan salah satu organisasi pergerakan nasional. Indische Partij (IP) merupakan organisasi pergerakan yang berdasarkan faktor keturunan. Indische Partij (IP) didirikan oleh orang-orang keturunan Indo-Belanda atau campuran (Belanda-Pribumi). Indische Partij (IP) sangat penting kita pelajari agar pengetahuan dan nasionalisme kita bertambah. Pada kesempatan kali ini, kita akan membahas tentang organisasi Indische Partij (IP). Berikut secara singkat uraian tentang organisasi Indische Partij (IP).

Lahirnya Indische Partij (IP)

 Lahirnya Indische Partij (IP). Indische Partij merupakan organisasi politik yang anggota-anggotanya berasal dari keturunan campuran Belanda-pribumi (Indo-Belanda) dan orang asli pribumi. Munculnya organisasi Indische Partij (IP) karena adanya sejumlah golongan orang Indo-Belanda yang dianggap lebih rendah kedudukannya dari pada orang Belanda asli. Secara hukum mereka itu masuk dalam bangsa kelas I, karena kedudukan ayahnya yang orang Belanda. Namun demikian secara sosial karena ibunya orang pribumi mereka anggap lebih rendah oleh golongan Belanda. Sejumlah orang dari golongan Indo Belanda itu kemudian mendirikan perkumpulan Indische Bond (1898). E.F.E Douwes Dekker yang kemudian berganti nama Dr. Danudirjo Setiabudhi berkeinginan untuk melanjutkan Indische Bond sebagai organisasi politik yang kuat. Keinginan Douwes Dekker itu semakin menguat saat ia bertemu dengan dr. Cipto Mangunkusumo dan Suwardi Suryaningrat atau dikenal dengan Ki Hajar Dewantoro. Mereka kemudian dikenal dengan “Tiga Serangkai”.

Douwes Dekker adalah cucu Eduard Douwes Dekker atau Multatuli, seorang penulis Max Havelaar yang membela petani Banten dalam masa Tanam Paksa. Ia seorang campuran ayah Belanda dan ibunya Indo. Pengalaman hidupnya itulah yang menjiwai gerak politiknya. Kedekatannya dengan buruh perkebunan kopi, saat ia menjadi pengawas perkebunan di Jawa, yang menjadi alasan pemerintah Kolonial Belanda untuk memecatnya. Kondisi itulah yang mendorong dia untuk mendirikan organisasi yang bertujuan untuk mendapatkan kemerdekaan bagi Indie (istilah Indonesia pada waktu itu). Bersama-sama dengan Suwardi Suryaningrat dan Cipto Mangunkusumo maka dibentuklah Indische Partij (IP) pada tahun 1912.

Perkembangan Indische Partij (IP)

Perjuangan Indische Partij (IP). Keinginan Indische Partij (IP) untuk mewujudkan cita-citanya itu mendapat respon positif dari masyarakat saat itu. Keanggotaan Indische Partij (IP) berkembang dengan pesat. Sebagai seorang koresponden surat kabar de Locomotiefdi Semarang, kemudian harian Soerabajasch Handelsblad, Bataviaasch Nieuwsblad, dan akhirnya di majalah Het Tijdschrift dan surat kabar De Expres, Douwes Dekker dengan mudah dapat mengutarakan gagasannya. Ia berpendapat hanya melalui kesatuan aksi melawan kolonial dapat mengubah sistem yang berlaku. Ia juga berpendapat bahwa setiap gerakan politik haruslah mempunyai tujuan akhir, yaitu kemerdekaan. Pendapat itulah yang kemudian ditulis dalam Het Tijdschriftdan De Expres. 

Kedekatan Douwes Dekker dengan pelajar STOVIA di Jakarta membuka peluang bagi pemuda terpelajar saat itu untuk menuangkan gagasan-gagasan mereka dalam surat kabar Bataviaasch Nieuwsblad, saat ia menjadi redaktur surat kabar itu. Pengaruh Budi utomo juga mendasari jiwa Douwes Dekker saat ia melakukan propaganda ke seluruh Jawa dari tanggal 15 September hingga 3 Oktober 1912. Dalam perjalanannya itu ia menyelenggarakan rapat-rapat dengan elit lokal di Yogjakarta, Surakarta, Madiun, Surabaya, Tegal, Semarang, Pekalongan, dan Cirebon. Dalam pertemuannya dengan para tokoh elit Budi Utomo itu Douwes Dekker mengajak membangkitkan semangat golongan bumiputera untuk menentang penjajah. Kunjungannnya itu menghasilkan tanggapan positif di kota-kota yang dikunjunginya. Dari itulah Indische Partij (IP) kemudian mendirikan 30 cabang dengan jumlah anggota 730 orang. Kemudian terus bertambah hingga mencapai 6000 orang yang terdiri dari orang Indo dan bumiputera. 

Dalam Anggaran Dasar Indische Partij (IP) disebutkan, untuk membangun patriotisme Bangsa Hindia kepada tanah airnya yang telah memberikan lapangan hidup, dan menganjurkan kerjasama untuk persamaan ketatanegaraan guna memajukan tanah air Hindia dan untuk mempersiapkan kehidupan rakyat yang merdeka. 

Tujuan Indische Partij (IP)

Melalui karangan- karangan di dalam Het Tijdschrift tujaun dari Indische Partij kemudian dilanjutkan didalam De Express, propagandanya meliputi, Pelaksaan suatu program “ Hindia “ untuk setiap gerakan politik yang sehat dengan tujuan menghapuskan perhubungan kolonial, Menyadari golongan Indo dan penduduk bumi putera, bahwa masa depan meraka terancam oleh bahaya yang sama yaitu bahaya Eksploitasi Kolonial. Alat untuk melancarkan aksi-aksi perlawanan ialah dengan membentuk suatu Partij: Indische Partij. “Tujuan Indische Partij ialah untuk membangunkan patriotisme semua Indiers terhadap kepada tanah air, yang telah memberi lapangan hidup kepada mereka, agar mereka mendapat dorongan untuk bekerjasama   atas dasar persamaan ketatanegaraan untuk memajukan tanah air “Hindia” dan untuk mempersiapkan kehidupan rakyat yang merdeka.”(Sartono Kartodirjo, 1975,:191.)

Pendiri Indische Partij yang tinggal satu belum ditangkap itu, tetap terus berjuang membela rakyat. Baginya, meskipun termasuk keturunan Belanda (Indo), namun dalam perjuangan merasa satu dengan orang-orang kelahiran Hindia Belana asli. Dalam perjuangan untuk kepentingan tanah air tidak ada perbedaan antar Indo maupun Pribumi. Dia merasa hidup di tanah airnya sendiri dan tidak senang melihat kehidupan di masyarakat yang sangat membedakan ras, derajat, maupun perlakuan. Dia berjuang untuk mendapatkan persamaan hak bagi semua orang Hindia. Hal ini sesuai dengan bunyi pasal-pasal dalam anggaran dasar Indische Partij, seperti sebagai berikut:

1.  Memelihara nasionalisme Hindia dengan meresapkan cita-cita kesatuan kebangsaan semua Indiers, meluaskan pengetahuan umum tentang sejarah budaya Hindia, mengasosiasikan intelek secara bertingkat kedalam suku dan antar suku yang masih hidup berdampingan pada mada ini, menghidupkan kesadaran diri dan kepercayaan kepada diri sendiri.
2.    Memberantas rasa kesombongan rasial dan keistimewaan ras baik dalam bidang ketatanegaraan maupun bidang kemasyarakatan.
3. Memberantas usaha-usaha untuk membangkitkan kebencian agama dan sektarisme yang bisa mengakibatkan Indiers ading sama lain, sehingga dapat memupuk kerjasama atas dasar nasional.
4.    Memperkuatdaya tahan rakyat Hindia dengan memperkembangkan individu ke arah aktivitas yang lebih besar secara taknis dan memperkuat kekuatan batin dalam soal kesusilaan.
5.    Berusaha untuk mendapatkan persamaan hak bagi semua orang Hindia.
6.    Memperkuat daya rakyat Hindia untuk dapat mempertahankan tanah air dari serangan asing.
7.    Mengadakan unifikasi, perluasan, pendalaman, dan meng-Hindia-kan pengajaran, yang di dalam semua hal terus ditujukankepada kepentingan ekonomi Hindia, dimana tidak diperbolehkan adanya perbedaan perlakuan karena ras, seks atau kasta dan harus dilaksanakan sampai tingkat yang setinggi-tingginya yang bisa di capai.

Akhir Perjuangan Indische Partij (IP)

Bagi pemerintah kolonial keberhasilan Indische Partij (IP) mendapat simpatisan dari masyarakat merupakan suatu yang berbahaya. Organisasi Indische Partij (IP) kemudian dinyatakan sebagai organisasi terlarang dan berbahaya (pertengahan 1913). Pemimpin organisasi Indische Partij (IP)  kemudian ditangkap dan dibuang. Douwes Dekker diasingkan ke Timor, Kupang. Cipto Mangunkusumo dibuang ke Bkamu. Suwardi Suryaningrat dibuang ke Bangka. Tiga Serangkai itu kemudian dibuang ke Negeri Belanda. Pembuangan Tiga Serangkai itu membawa dampak luas, tidak saja di Hindia Belanda, akan tetapi juga di Negara Belanda. Di Hindia Belanda, keberadaan mereka semakin mendorong bumiputera untuk memperjuangkan hak-haknya. Sementara di Negeri Belanda menjadi perdebatan politik di kalangan Dewan Perwakilan Rakyat Belanda tentang pergerakan rakyat Indonesia.

Karena alasan kesehatan, pada 1914 Cipto Mangunkusumo dipulangkan ke Indonesia. Douwes Dekker dipulangkan pada 1917 dan Ki Hajar Dewantoro dipulangkan pada 1918. Setelah Indische Partij (IP) dibubarkan dan pimpinan Indische Partij (IP)  menjalankan pembuangan organisasi itu kemudian bernama Insulinde. Namun organisasi Indische Partij (IP)  kurang mendapat sambutan dari masyarakat. Kemudian tahun 1919 Indische Partij (IP) berganti nama menjadi Nationaal Indische Partij (NIP). Ki Hajar Dewantoro kemudian mendirikan Perguruan Taman Siswa (1922), sebagai badan perjuangan kebudayaan dan perjuangan politik.

Walaupun Indische Partij (IP) sudah mengalami kemunduran, tetapi perjuangan bangsa Indonesia untuk terbebas dari praktik kolonialisme masih terus berlangsung. Indische Partij (IP) mungkin sudah runtuh, tetapi setelah itu bermunculan organisasi-organisasi lain. Demikian artikel kami tentang Indische Partij (IP). 

Penangkapan dan Pengasingan

Pemerintah kolonial Belanda ingin merayakan 100 tahun bebasnya negeri Belanda dari jajahan Perancis pada tahun 1813. Negeri Belanda dikuasai Napoleon Bonaparte kaisar Perancis (1805). Napoleon Bonaparte menempatkan saudaranya, Louis Napoleon menjadi Raja Belanda. Melalui perang Koalisi VI (1813-1814) Rusia, Inggris, Australia, Spanyol, Prusia dan Negara-negara Jerman dapat mengalahkan Napoleon Bonaparte dalam "Pertempuran bangsa-bangsa" di Leipzig tahun 1813. Dengan runtuhnya kekuasaan Napoleon itu, Belanda menjadi Negara merdeka, sesuai dengan isi perjanjian Perdamaian Paris I (1814).

Rencana perencanaan 100 tahun kemerdekaan negeri Belanda di tanah jajahan ini menimbulkan perasaan anti pati dan penghinaan terhadap rakyat jajahan. Untuk mengimbangi niat pemerintah kolonial Belanda itu, didirikanlah di Bandung sebuah Komite yang dikenal sebagai "Komite Boemi Poetra". Tujuan Komite itu adalah :

a.  Mencabut pasal 111 RR.
b.  Membentuk majelis perwakilan rakyat sejati.
c.  Adanya kebebasan berpendapat di tanah jajahan.

Salah satu pemimpin Komite Boemi Poetra, R.M. Soewardi Soerjaningrat menulis sebuah risalah dengan judul Als Ik Eens Nederlander Was (Seandainya ak seorang Belanda). Di dalam risalah itu ia menulis antara lain "…Seandainya Aku Seorang Belanda, masih belumlah saya dapat berlaku sekehendak hati saya. Dengan sesungguhnya saya akan mengharap-harap, semoga peringatan hari kemerdekaan itu, di pesta seramai-ramainya, tapi saya tidak akan menyukai, jika anak-anak negeri dari tanah jajahan ini dibawa-bawa larut berpesta. Saya akan melarang mereka turut bergembira dan bersuka ria di hari-hari keramaian itu, bahkan saya akan meminta dip agar tempar berpesta, agar tidak ada seorang diantara anak-anak negeri yang dapat terlihat, secara apa kita beriang-riang dalam memperingati hari kemerdekaan kita itu.

Sejalan dengan aliran itu, bukan daja tidak adil, tapi terlebih lagi tidak patut, jika anak-anak negeri disuruh menyumbang uang pula untuk turut membelanjai pesta itu. Jika mereka itu telah diperhatikan dengan laku mengadakan pesta kemerdekaan untuk negeri Belanda, sekarang orang bermaksud pula hendak mengosongkan kantong uangnya. Sesungguhnya, suatu penghinaan lahir dan batin"

Tulisan R.M. Soewardi Soerjaningrat ini mendapat reaksi yang hebat dari pemerintah kolonial Belanda. Terjadilah pemeriksaan-pemeriksaan yang intensif terhadap Tiga Serangkai oleh Kejaksaan. Dengan menggunakan "Hak Luar Biasa" (Exorbitante rechten) Gubernur Jenderal Idenburg mengeluarkan surat keputusan tanggal 18 Agustus 1913 untuk mengasingkan ketiga pemimpin Komite Boemi Poetra itu. Beberapa tempat ditunjuk untuk mereka. Kupang untuk Tjipto Mangoenkoesoemo, Banda untuk R.M. Soewardi Soerjaningrat, dan Bengkulu untuk Douwes Dekker. Disamping itu ditetapkan pula dalam surat keputusan tanggal 18 Agustus 1913 bahwa mereka bebas berangkat keluar Hindia Belanda. Mereka bertiga memilih diasingkan di luar negeri, yaitu ke negeri Belanda. Mereka berangkat ke Negeri pengasingan tanggal 6 September 1913. Hari keberangkatannya ini diproklamasikan sebagai "Hari Raya Kebangsaan".

Dengan diasingkannya ketiga pimpinan tersebut, maka secara Organisatoris Indische Partij (IP) tidak berperanan lagi di dalam pergerakan nasional Indonesia. Ternyata, pengasingan Tiga Serangkai ke negeri Belanda berpengaruh amat kuat pada mahasiswa-mahasiswa Indonesia yang belajar disana.

Demikianlah Pergerakan Nasional Indische Partij
Semoga Bermanfaat, Terima Kasih.
Dibuat Oleh : Amanah Cengkeh Padang


Pergerakan Nasional Muhammadiyah


PERGERAKAN NASIONAL MUHAMMADIYAH


Latar Belakang Lahirnya Muhammadiyah

Awal lahirnya organisasi Muhammadiyah bermula dari niat K.H.Ahmad Dahlan yang sekembalinya dari tanah suci mekkah yang cita-cita untuk pembaharuan keagamaannya makin mantap. Hal yang mula dilakukan Ahmad Dahlan ketika itu adalah membetulkan arah kiblat. Admad Dahlan ketika itu ditentang keras, terutama keinginannya untuk membetulkan letak masjid Kesultanan Yogyakarta. Kemudian ia mendirikan surau yang ketepatan letak kiblat diletakkan demikian rupa, walaupun usaha ini juga ditentang oleh K.H.Muhammad Halil dan langgar yang didirikannya pun dibinasakannya. Namun kelurganya membangunkan sebuah langgar untuk dia dengan jaminan tidak akan dirubuhkan lagi, sehingga dapat memudahkan Dahlan untuk mengajarkan dan mempraktikan agama yang menjadi keyakinannya.

Untuk memperluas jangkauan penyiaran ide-ide pembaharuannya, Dahlan lantas masuk Budi Utomo pada tahun 1909. Di organisasi ini ia mengajarkan agama Islam. Isi pengajian yang mencerminkan gagasan-gagasan baru, segar dan penuh semangat dinamika tentang Islam membuat anggota pengajian ini menyarankan agar Dahlan membuka lembaga pendidikan sendiri, supaya daya jangkau ide-ide pembaharuannya dapat dengan mudah tersiar. Disinilah awal lahirnya muhammdiyah sebagai induk pendukung bagi aktivitas ide-ide pembaharuannya terutama di bidang pendidikan.

Muhammadiyah adalah sebuah organisasi sosial Islam yang didirikan di yogyakarta pada tanggal 18 November 1912 bertepatan dengan tanggal Zulhijjah 1330 H, oleh Kyai Haji Ahmad Dahlan atas saran yang diajukan oleh murid-muridnya dan beberapa orang anggota Budi Utomo untuk mendirikan suatu lembaga pendidikan yang bersifat permanen.

Organisasi ini adalah perjuangan pemurnian ajaran Islam dan bidang pendidikan. Organisasi ini mendirikan lembaga-lembaga pendidikan, mengadakan rapat-rapat dan tablig di mana dibicarakan masalah-masalah Islam, menertipkan wakaf dan mendirikan masjid-masjid serta menerbit  buku-buku, brosur-brosur surat-surat kabar dan majalah-majalah.

Usaha lain untuk mencapai maksud dan tujuan itu ialah dengan:

1.      Mengadakan dakwah Islam
2.      Memajukan pendidikan dan pengajaran
3.      Menghidupkan-suburkan masyarakat tolong-menolong
4.      Mendirikan dan memelihara tempat ibadah dan wakaf
5.      Mendidik dan mengasuh anak-anak dan pemuda-pemuda, supaya kelak menjadi orang islam yang berarti
6.      Berusaha kearah perbaikan penghidupan dan kehidupan yang sesuai dengan ajaran islam
7.      Berusaha dengan segala kebijaksanaan, supaya kehendak dan peraturan Islam berlaku dalam masyarakat.

Kelahiran Muhammadiyah dengan gagasan-gagasan cerdas dan pembaruan dari pendirinya, Kyai Haji Ahmad Dahlan didorong oleh dan atas pergumulannya dalam menghadapi kenyataan hidup umat Islam dan masyarakat Indonesia kala itu, yang juga menjadi tantangan untuk dihadapi dan dipecahkan.

Faktor-Faktor Yang Menjadi Pendorong Lahirnya Muhammadiyah

1. Umat Islam tidak memegang teguh tuntunan Al-Quran dan Sunnah Nabi, sehingga menyebabkan merajalelanya syirik, bid’ah, dan khurafat, yang mengakibatkan umat Islam tidak merupakan golongan yang terhormat dalam masyarakat, demikian pula agama Islam tidak memancarkan sinar kemurniannya lagi;
2. Ketiadaan persatuan dan kesatuan di antara umat Islam, akibat dari tidak tegaknya ukhuwah Islamiyah serta ketiadaan suatu organisasi yang kuat;
3. Kegagalan dari sebagian lembaga-lembaga pendidikan Islam dalam memprodusir kader-kader Islam, karena tidak lagi dapat memenuhi tuntutan zaman;
4. Umat Islam kebanyakan hidup dalam alam fanatisme yang sempit, bertaklid buta serta berpikir secara dogmatis, berada dalam konservatisme, formalisme, dan tradisionalisme;
5. Karena keinsyafan akan bahaya yang mengancam kehidupan dan pengaruh agama Islam, serta berhubung dengan kegiatan misi dan zending Kristen di Indonesia yang semakin menanamkan pengaruhnya di kalangan rakyat

Gerakan Muhammadiyah pada mulanya sama sekali menjauhkan bias dari komitmen politis-praktis. Inilah yang membuat gerakan ini tidak begitu banyak dicurigai oleh kalangan penguasa Belanda pada waktu itu, begitu pula kalangan elit dan kelas sosial menengah ke atas, merasa gerakan Muhammadiyah mempunyai tingkat penguasaan dan pengamalan praktis terhadap ajaran Islam.

Daerah operasi Muhammadiyah mulai diluaskan setelah tahun 1917. Pada tahun itu Budi Utomo mengadakan kongresnya di yogyakarta, ketika nama K.H.Ahmad Dahlan telah dapat mempesona kongres itu melalui tablig yang dilakukannya sehingga pengurus Muhammadiyah menerima permintaan dari berbagai tempat di Jawa untuk mendirikan cabang-cabangnya. Pada tahun 1920 bidang kegiatan muhammadiyah diluaskan meliputi seluruh pulau Jawa dan pada tahun 1921 seluruh Indonesia.

Pembaharuan yang mula-mula dilakukan oleh K.H.Ahmad Dahlan yaitu tentang praktek-praktek seperti kiblat dan kebersihan, kemudian dirangsang oleh pemikiran pembaharu Mesir dan diperluas secara lambat laun kepada masalah-masalah fundamental misalnya tentang sudah tertutup atau masih terbuka pintu ijtihad.

Sekitar tahun 1920, tahun perluasan Muhammadiyah ke luar Yogyakarta, manfaat dari persatuan dan dari organisasi pada umumnya telah diakui oleh sebagian besar kalangan muslim Indonesia. Dalam beberapa tempat kehadiran pedagang-pedagang Minangkabau yang merupakan hasil dari gerakan pembaharuan di Minangkabau sendiri, merupakan bantuan yang sangat berharga bagi Muhammadiyah. Jadi Nurul Islam di Pekalongan yang didirikan oleh para pedagang ini di ubah menjadi sebuah cabang Muhammadiyah. Daerah Surabayapun telah mengenal dan tertarik kepada pemikiran-pemikiran itu sebagai hasil usaha seorang pedagang bernama Pakih Hasyim, yang dikenal seagai ulama Padang. Ia adalah salah seorang murid dari Haji Abdul Karim Amrullah. Dalam kota Surabaya berdiri Muhammadiyah atas inisiatif ulama-ulama setempat, seperti Kyai Haji Mas Mansur yang kemudian menjadi ketua umum dari organisasi ini.

Mulanya usaha memperkenalkan Muhammadiyah ke daerah Minangkabau memperoleh banyak tantangan dari pihak Sumatera Tawalib Padang Panjang yang dipengaruhi oleh orang-orang komunis. Pada tahun 1927, Sumatera Tawalib di Padang Panjang berada di bawah pengaruh komunisme, perkembangan ini menyebabkan tumbuhnya dua golongan dalam tawalib, yaitu yang pro dan bergabung dengan pihak Komunis dalam berjuang melawan Belanda, serta yang mengakui diri mereka sebagai termasuk dalam lingkungan gerakan Komunis. Golongan anti Komunis ini membatasi kegiatan mereka pada perjuangan pembaharuan pendidikan tanpa mempersoalkan kedudukan Belanda di Indonesia, sekurang-kurangnya tidak terlalu terbuka.

Haji Rasul, salah seorang pendiri Sumatera Tawalib, menolak untuk mengajarkan di lembaga tersebut, walaupun kemudian lembaga itu telah bersih dari unsur-unsur pro Komunis. Mungkin usaha Haji Rasul memperkenalkan Muhammadiyah di daerah kelahirannya pada tahun 1925 didasarkan pada keyakinannya bahwa Tawalib sebagai suatu organisasi telah tidak dpat di tolong lagi. Karena alasan inilah hubungan antara Muhammadiyah dan tawalib di Minangkabau tetap dingin sampai tahun 1927, walaupun dalam masalah-masalah agama kedua organisasi tersebut sebenarnya sepaham. Alasan lain terletak pada kenyataan bahwa Tawalib lebih banyak merupakan tempat sekurang-kurangnya sampai pada penumpasan Permi oleh Belanda pada tahun 1934,  untuk kegiatan-kegiatan politik. Hubungan dingin antara keduaorganisasi itu akhirnya pecah menjadi kecaman terbuka antara yang satu terhadap yang lain.

Dalam tahun 1927 Muhammadiyah mendirikan cabang-cabang di Bengkulu, Banjarmasin dan Amuntai, sedang pada tahun1929 pengaruhnya terbesar ke Aceh dan Makasasar. Mubalig-mubalig dikirim ke daerah-daerah tersebut dari Jawa atau dari Minangkabau untuk meyebarkan cita-cita Muhammadiyah.

Dalam hubungan ini cabang-cabang itu bukan hanya sebagai tempat berkumpul orang-orang yang mempunyai cita-cita yang sama namun juga sebagai cabang gerakan Muhammadiyah. Gagasan Dahlan yang dikembangkan lebih lanjut menurut konsep Muhammadiyah juga mengajarkan agar umat Islam bekerja keras membangun ekonomi. Sebab Islam tidak melarang umatnya untuk menjadi kaya-raya, namun tidak boleh boros dan kikir. Dengan memilki kekayaan, ia dapat menafkahkan hartanya untuk kepentingan agama dan sosial. Ini dibuktikan oleh Muhammadiyah dengan bnyak medakan kegiatan yang bersifat permanen, yaitu dengan mendirikan sekolah kursus-kursus yang teratur ataupun memelihara anak yatim piatu.

Kegiatan lain dalam bentuk kelembagaan yang berada di bawah organisasi Muhammadiyah ialah :

1. PKU (Penolong Kesengsaraan Umum) Yang begerak dalam usaha membantu orang-orang miskin, yatim piatu, korban bencana alam dan mendiriksn klinik-klinik kesehatan.
2. Aisyiah, organisasi wanita Muhammadiyah,  menitik beratkan perhatiannya pada kedudukan wanita sebagai ibu dan pendidik yang mempunyai tanggung jawab besar untuk kemajuan masyarakat melalui asuhan dan didikan anak dan mengkoordinir kegiatan remaja putri  di dalam Nasyiatul Aisyiah
3.  Hizbul Watan, berupa gerakan kepanduan Muhammadiyah yang di bentuk pada tahun 1918 oleh K.H.Ahmad Dahlan.
4.  Majlis Tarjih, yang didirikan atas dasar keputusan kongres Muhammadiyah di pekalonagan pada tahun 1927.

Dalam tahun 1925 organisasi ini telah mempunyai 29 cabang-cabang denga 4.000 orang anggota, sedangkan kegiatan-kegiatannya yaitu:

·    Dalam bidang pendidikan meliputi

Delapan Hollandss Inlandse School, sebuah sekolah guru di Yogyakarta, 32 buah sekolah dasar lima tahun, sebuah snakeschool, 14 madrasah, seluruhnya dengan 119 orang guru dan 4.000 murid.

·    Dalam bidang sosial meliputi

Dua buah klinik di Yogyakarta dan Surabaya dimana 12.000 pasien memperoleh pengobatan, sebuah rumah miskin dan dua buah rumah yatim piatu.

Dalam tahun 1929 peserta-peserta dari kongres tahunannya berasal dari hampir semua pulau-pulau besar Indonesia (kecuali Kalimantan), kongres ini mencatat 19.000 anggota Muhammadiyah, sedangkan bagian publikasi dari Muhammadiyah telah menerbitkan sejumlah 700.000 buah buku dan brosur. Cabang organisasi ini di Solo telah membuka sebuah klinik mata dan di Malang sebuah klinik lain.

Diantara sekolah-sekolah Muhammadiyah yang tertua dan besar jasanya ialah:

1.      Kweekschool Muhammadiyah Yogyakarta.
2.      Mua’allimin Muhammadiyah, Solo, Jakarta.
3.      Mu’allimat Muhammadiyah, Yogyakarta.
4.      Zu’ama/Za’imat, Yogyakarta
5.      Kulliyah Muballigin/Muballigat, Padang Panjang (Sumatera Tengah).
6.      Tabligschool, Yogyakarta.
7.      HIK Muhammadiyah Yogyakarta dll.

Semua itu didirikan pada masa penjajahan Belanda dan pendudukan Jepang, dan tersebar pada tiap-tiap cabang Muhammadiyah seluruh kepulauan Indonesia. Pada masa Indonesia merdeka Muhammadiayah mendirikan sekolah-sekolah/madrasah-madrasah berlipat ganda banyaknya dari masa penjajahan belanda dahulu.

Kesimpulan

Jadi, lahirnya organisasi Muhammadiyah awalnya bermula dari niat K.H.Ahmad Dahlan yang sekembalinya dari tanah suci mekkah yang cita-cita untuk pembaharuan keagamaannya makin mantap. Hal yang mula dilakukan Ahmad Dahlan ketika itu adalah membetulkan arah kiblat. Muhammadiyah adalah sebuah organisasi sosial Islam yang didirikan di yogyakarta pada tanggal 18 November 1912 bertepatan dengan tanggal Zulhijjah 1330 H, oleh Kyai Haji Ahmad Dahlan atas saran yang diajukan oleh murid-muridnya dan beberapa orang anggota Budi Utomo untuk mendirikan suatu lembaga pendidikan yang bersifat permanen.

Organisasi ini adalah perjuangan pemurnian ajaran Islam dan bidang pendidikan. Organisasi ini mendirikan lembaga-lembaga pendidikan, mengadakan rapat-rapat dan tablig di mana dibicarakan masalah-masalah Islam, menertipkan wakaf dan mendirikan masjid-masjid serta menerbit  buku-buku, brosur-brosur surat-surat kabar dan majalah-majalah. Organisasi muhammadiyah pada awalnya berkembang diwilayah pulau jawa saja, namun dalam waktu cepat dapat menyebar keseluruh Indonesia. Pada masa kepemimpinan K.H. Ahmad Dahlan, pengaruh Muhammadiyah terbatas di wilayah Yogjakarta, Surakarta, Pekalongan, dan Pekajangan, daerah pekalongan sekarang. Pada tahun 1925, Andul Karim Amrullah membawa perserikatan ini ke Sumatera Barat, dan dari daerah inilah kemudian bergerak ke seluruh Sumatera, Sulawesi, dan Kalimantan. Pada tahun 1938, Muhammadiyah telah tersebar ke seluruh Indonesia, perserikatan ini menjadi organisasi Islam yang besar dan berpengaruh dalam Pemerintahan Republik Indonesia.

Demikianlah Pegerakan Nasional Muhammadiyah
Semoga Bermanfaat, Terima Kasih
Dibuat Oleh : Amanah Cengkeh Padang


Pergerakan Nasional Indonesia Lengkap

 

PERGERAKAN NASIONAL INDONESIA


1. LATAR BELAKANG MUNCULNYA PERGERAKAN NASIONAL INDONESIA
Ditinjau dari istilah katanya “pergerakan” berasal dari kata dasar “gerak”. Di dalam bahasa Inggris pergerakan dapat diartikan movement. Kemudian istilah pergerakan ini digunakan dalam sejarah perjuangan bangsa, menjadi “pergerakan nasional” yang identik dengan “kebangkitan nasional”.  
Pergerakan Nasional adalah suatu bentuk perlawanan terhadap kaum penjajah yang dilaksanakan tidak dengan menggunakan kekuatan bersenjata, tetapi menggunakan organisasi yang bergerak dibidang social, budaya, ekonomi, dan politik.

Munculnya pergerakan nasional di Indonesia, disebabkan oleh dua faktor, antara lain
1. Faktor-faktor dari dalam negeri dan bersifat nasional itu antara lain sebagai berikut:
1. Adanya tekanan dan penderitaan yang terus-menerus, sehingga rakyat Indonesia harus bangkit melawan penjajah.
2. Adanya rasa sebasib-sepenanggungan yang hidup dalam cengkeraman penjajah, sehingga timbul semangat bersatu membentuk negara.
3.  Adanya rasa kesadaran nasional harga diri, menyebabkan kehendak untuk memiliki tanah air dan hak menentukan nasib sendiri.
2. Faktor-faktor luar negeri yang dapat mempercepat timbulnya pergerakan nasional , antara lain:
1. Kemenangan Jepang melawan Rusia pada tahun 1905
Perjalanan sejarah dunia menunjukkan bahwa ketika pada tahun 1904-1905 terjadi peperangan antara Jepang melawan Rusia, ternyata yang keluar sebagai pemenang dalam peperangan itu adalah Jepang. Hal ini memberikan semangat juang terhadap para pelopor pergerakan nasional di Indonesia.
2. Masuknya paham-paham baru ke Indonesia
1. Liberalisme
Liberalisme diartikan kebebasan. Perjuangan ekonomi liberal dengan mengecam pemerintah yang ikut campur tangan dalam masalah perekonomian. Ekonomi Liberal menginginkan kekuatan ekonomi dibiarkan dan berkembang secara bebas. Liberalisme juga mempengaruhi bidang politik. Dalam hal ini Liberalisme bertujuan untuk mendapatkan pengakuan adanya kebebasan yang dimiliki oleh individu. Perkembangan paham Liberalisme juga mempengaruhi bidang agama. Hal ini ditandai dengan adanya kebebasan masing-masing individu untuk memilih suatu agama tanpa paksaan atau campur tangan dri pemerintah.
2. Nasionalisme
Nasionalisme adalah suatu paham yang dapat memberi ilham kepada sebagian penduduk untuk bersatu dan dengan rasa kesetiaan yang mendalam megabdi kepentinganbangsa dan negara. Nasionalisme dapat terbentuk karena adanya perasaan senasib, persamaan budaya, persamaan karakter, dan persamaan keinginan untuk hidip bersama dalam suatu kelompok. Nasionalisme lahir di Inggris pada mulanya merupakan sikap bersatu untuk mempertahankan wilayah kekuasaannya agar jangan sampai melepaskan diri. Nasionalisme Jerman pada awalnya muncul untuk melepaskan diri dari kekuasaan Austria.
3. Sosialisme
Sosialisme muncul akibat adanya perkembangan industrialisasi yang ada di Eropa. Industrialisasi merupakan dampak dari adanya kebebasan individu dalam bidang ekonomi yang akhirnya melahirkan golongan kapitalisme atau pemilik modal. Golongan kapitalis menjadi golongan yang menguasai bidang perekonomian dan mengadakan penindasan terhadap golongan buruh. Dalam masyarakat berkembang adanya suatu kelompok yang mementingkan kedudukan dan status golongan buruh. Inilah yang disebut golongan sosialis.
4. Demokrasi
Adalah suatu sistem pemerintahan yang berasal dari rakyat, baik secara langsung maupun tidak langsung. Paham demokrasi pertama kali dilaksanakan di Yunani yaitu Polis Athena yang berupa demokrasi langsung. Kekuasaan raja-raja di Eropa yang sifatnya absolut mulai ditumbangkan dan ditentang oleh rakyat sehingga memunculkan pemerintahan yang demokratis. Paham demokrasi pada intinya membahas mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pengakuan hak asasi manusia. Saat ini demokrasi dikenal ada berbagai macam diantaranya :
Demokrasi parlementer yang menempatkan kedudukan parlemen (badan legislatif) lebih tinggi dari pada badan eksekutif.
Demokrasi sistem pemisahan kekuasaan, dalam sistem ini kekuasaan legislatif dipegang oleh konggres, kekuasaan eksekutif dipegang oleh presiden, sedangkan kekuasaan yudikatif dipegang oleh Mahkamah Agung. Sistem seperti ini dianut oleh negara Amerika Serikat.
Sistem demokrasi melalui referendum, dalam sistem ini setiap negara bagian memiliki lembaga legislatif, eksekutif, dan yudikatif. Sistem ini rakyat berperan sebagai badan pengawas melalui sistem referendum. Contoh negara yang melaksanakan sistem ini ialah Swiss.
5. Komunisme
Komunisme di indonesia menyebar ketika paham tersebut di bawa oleh pelajar indonesia yang belajar di negara-negara komunis seperti rusia kemudaian membawanya ke indonesia. Komunis sendiri dapat diterima dengan cepat saat itu karena membawa prinsip-prinsip nasionalisme serta kesetaraan hak antar warga negara. Menyebarnya paham ini di periode pergerakan nasional membawa peranan penting dalam memberikan warna berbeda dalam cara memerdekakan suatu bangsa. Perlu dicatat bahwa komunisme membawa membawa arah pergerakan meluas dengan kaderisasi yang melibatkan rakyat kelas bawah seperti petani dan buruh dan tidak segan melakukan perlawanan secara fisik.
 2.  PERKEMBANGAN PERGERAKAN NASIONAL DI INDONESIA 
A. BUDI UTOMO
1) Latar belakang pendirian
Pada tahun 1906, Mas Ngabehi Wahidin Sudirohusodo mengadakan kampanye menghimpun dana pelajar (Studie Fund) di kalangan priyayi di Pulau Jawa yang bertujuan untuk meningkatkan martabat rakyat dan membantu para pelajar yang kekurangan dana. Usaha tersebut dapat menarik simpati dari Dr. Sutomo salah satu mahasiswa STOVIA Jakarta. Akhirnya berdirilah Budi Utomo pada tanggal 20 Mei 1908 dengan ketuanya Dr. Sutomo.
2) Tujuan mula Budi Utomo
Asal mula berdirinya Budi Utomo bukanlah partai politik karena tujuannya ingin memperbaiki pelajaran di sekolah-sekolah, mengumpulkan dana untuk memfasilitasi anak-anak bersekolah, membuka sekolah pertanian, memajukan teknik dan industri, menghidupkan kembali seni dan kebudayaan bumi putera, dan menjunjung tinggi cita-cita kemanusiaan dalam rangka mencapai kehidupan rakyat yang layak.
3) Kepengurusan Budi Utomo (Kongres I tanggal 3-5 Oktober 1908)
a.    Ketua (Raden Tumenggung Aryo Tirtokusumo)
b.    Wakil ketua (Wahidin Sudirohusodo)
c.     Sekretaris I (Mas Ngabei Dwidjosewojo), sekretaris II (Raden Sostrosugondo)
d.    Bendahara (Raden Mas Panji Gondoatmodjo)
e.    Komisaris (Raden Mas Arjo Surdiputro, R.M. Panji Gondosumarjo, R. Djojosubroto, Dr. Cipto Mangunkusumo).
Seiring dengan perkembangan zaman, Budi Utomo menjadi sebuah partai politik sejak tahun 1915. Yang menjadikan Budi Utomo sebagai partai politik yaitu: Melancarkan isu pentingnya pertahanan sendiri dari serangan bangsa lain; Menyokong gagasan wajib militer pribumi; Mengirimkan komite Indie Weerbaar ke Belanda untuk pertahanan Hindia; Ikut duduk dalam Volksraad (Dewan Rakyat); Membentuk Komite Nasional untuk menghadapi pemilihan anggota volksraad.
Kelahiran Budi Utomo merupakan tonggak awal kebangkitan bangsa, oleh sebab itu setiap tanggal 20 Mei diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional.
B. SAREKAT ISLAM (SI)
1) Latar belakang pendirian
Awal berdirinya organisasi ini bernama Sarekat Dagang Islam (SDI). Organisasi ini didirikan oleh H. Samanhudi pada tahun 1911 di Solo. SDI bergerak dalam bidang agama dan perdagangan. Dalam bidang agama yaitu menitikberatkan pelaksanaan syariat Islam. Sedang dalam bidang perdagangan yaitu membela kepentingan pedagang Islam dari dominasi pedagang Cina.
2) Strategi Sarekat Islam
Agar jumlah anggota semakin besar tidak hanya pegadang Islam saja, maka pada tanggal 18 September 1912, Sarekat Dagang Islam diubah menjadi Sarekat Islam (SI) yang tokoh-tokohnya yaitu HOS Cokroaminoto, Abdul Muis, H. Agus Salim dan Suryo Pranoto. Untuk menyebarkan propaganda perjuangannya, Sarekat Islam menerbitkan surat kabar yang bernama Oetoesan Hindia.
3) Tujuan Sarekat Islam
a.    Mengembangkan jiwa berdagang.
b.    Memberi bantuan kepada anggotanya yang mengalami kesukaran.
c.     Memajukan pengajaran dan semua yang mempercepat naiknya derajat bumi putera.
d.    Menentang pendapat-pendapat yang keliru tentang agama Islam.
e.    Tidak bergerak dalam bidang politik dan menggalang persatuan umat Islam hingga saling tolong-menolong.
4) Perpecahan dalam Sarekat Islam
Pada tahun 1920 Sarekat Islam pecah menjadi dua, yakni: SI Putih, yang berhaluan nasionalisme dan Islam. Berpusat di Yogyakarta dan dipimpin oleh H. Agus Salim, HOS Cokroaminoto, Abdul Muis dan Suryo Pranoto; SI Merah, yang berhaluan komunis. Berpusat di Semarang dan dipimpin oleh Semaun dan Darsono.
Dalam kongresnya di Madiun, SI Putih berganti nama menjadi Partai Sarekat Islam (PSI). Kemudian pada tahun 1927 berubah lagi menjadi Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII). Sementara itu, SI Sosialis/Komunis berganti nama menjadi Sarekat Rakyat (SR) yang merupakan pendukung kuat Partai Komunis Indonesia (PKI).
C.  INDISCHE PARTIJ (IP)
1) Latar belakang pendirian
Indische Partij berdiri tanggal 25 Desember 1912 di Bandung oleh Tiga Serangkai yaitu Douwes Dekker, Suwardi Suryaningrat dan Dr. Cipto Mangunkusumo. Pendirian Indische Partij dimaksudkan untuk menggantikan Indische Bond yang merupakan organisasi orang-orang Indo dan Eropa di Indonesia.
2) Tujuan Indische Partij
Indische Partij merupakan organisasi pergerakan yang secara terang-terangan bergerak di bidang politik dan ingin mencapai Indonesia merdeka. Hal ini dapat diketahui dari tujuannya yaitu membangunkan patriotisme semua indiers terhadap tanah air dan untuk mempersiapkan kehidupan rakyat yang merdeka. Cita-cita dan tujuan Indische Partij disebarluaskan melalui majalah Het Tijdschrifc dan surat kabar De Express terbitan Bandung.
3) Langkah Indische Partij dalam mempersiapkan kemerdekaan
Melalui sarana surat kabar De Express, tokoh Indische Partij mengkritik pemerintah Belanda. Kritikan pertama dari Suwardi Suryaningrat yang menulis artikel dengan judul ‘Als ik een Nederlander was’ (Andaikan aku seorang Belanda), membuat pemerintah Belanda menangkapnya dan diasingkan ke Belanda. Kritikan berikutnya dari Dr. Cipto Mangunkusumo, yang menulis artikel melalui De Express pada tanggal 26 Juli 1913 dengan berjudul Kracht of Vrees? (berisi tentang kekhawatiran, kekuatan, dan ketakutan). Artikel tersebut membuat pemerintah Belanda marah dan mengasingkannya ke Belanda. Kejadian ini membuat Douwes Dekker ikut mengkritik pemerintah Belanda pada tanggal 5 Agustus 1913, juga melalui De Express dengan judul Onze Helden: Tjipto Mangoenkoesoemo en Soewardi Soerjaningrat (Pahlawan kita: Tjipto Mangoenkoesoemo dan Soewardi Soerjaningrat). Akhirnya Douwes Dekker juga ikut ditangkap dan diasingkan ke Belanda.
Karena sakit yang dideritanya maka pada tahun 1914, Cipto Mangunkusumo dikembalikan ke Indonesia sedangkan Suwardi Suryaningrat dan Douwes Dekker baru kembali ke Indonesia pada tahun 1919. Dalam perkembangannya, Douwes Dekker ditangkap lagi dan dibuang ke Suriname, Amerika Latin.
 D. PERHIMPUNAN INDONESIA (PI)
1) Latar belakang pendirian
Organisasi ini pada awalnya bernama Indische Vereniging, yang didirikan di Belanda pada tahun 1908 oleh Sultan Kasayangan dan Noto Suroto. Tujuan semula dari organisasi ini yaitu memajukan kepentingan bersama atas orang-orang yang berasal dari Indonesia, baik yang pribumi maupun nonpribumi yang berada di Belanda.
Kedatangan tokoh-tokoh yang diasingkan di Belanda seperti Cipto Mangunkusumo, Suwardi Suryaningrat dan Muhammad Hatta sangat mempengaruhi perkembangan Indische Vereniging. Dalam  erkembangannya organisasi ini menjadi lebih radikal dan mengarah pada politik. Untuk mempropagandakan programnya organisasi ini menerbitkan majalah Hindia Poetra. Akhirnya pada tanggal 3 Februari 1925, Indische Vereniging diganti menjadi Perhimpunan Indonesia (PI) yang bersemboyan “Indonesia Merdeka”. Dan majalah Hindia Poetra juga berubah nama menjadi Indonesia Merdeka.
2) Strategi Perhimpunan Indonesia memperjuangkan kemerdekaan
Untuk memperjuangkan Indonesia merdeka, Perhimpunan Indonesia banyak mengikuti pertemuan internasional seperti Kongres ke-6 Liga Demokrasi Internasional untuk Perdamaian di Paris pada tahun 1926 serta Kongres I Liga Penentang Imperialisme dan Penindasan Kolonial di Berlin pada tahun 1927. Keberadaan Perhimpunan Indonesia memiliki arti penting karena organisasi ini juga membuka keanggotaannya untuk semua mahasiswa yang ada di Hindia Belanda.
 E.  MUHAMMADIYAH
Organisasi ini didirikan di Yogyakarta pada 18 November 1912, di bawah pimpinan K.H. Ahmad Dahlan. Tujuan pendirian Muhamadiyah adalah sebagai tanggapan atas dasar saran Budi Utomo dengan maksud memberi pelajaran agama kepada anggotanya, sehingga kelompok Muhamadiyah di katakan sebagai organisasi agama yang modern. Pelaksanaan program kerjanya dimulai dengan mendirikan sekolah yang berlandaskan agama, panti asuhan, panti jompo dan fakir miskin serta balai pengobatan dan rumah sakit. Perkumpulan ini tetap berpusat di Yogyakarta.
Pada 20 Desember 1912, Muhamadiyah meng nginkan organisasinya memiliki badan hukum dan ternyata di kabulkan oleh gubernur jenderal yang memerintah pada saat itu, dengan dikeluarkannya Govermen Besluit (SK) nomor 81 tanggal 22 Agustus 1914. Ternyata setelah Muhamadiyah berbadan hukum, perkumpulan sejenis muncul di beberapa wilayah di Indonesia, terutama di sekitar pesantren-pesantren yang sering mengadakan perkumpulan (tablig). Atas persetujuan pemerintah Belanda, Muhamadiyah berhak mendirikan cabang di semua wilayah. Peranan Muhamadiyah sangat besar dalam mempersiapkan perlawanan terhadap dominasi asing. 
 F. TAMAN SISWA
Setelah dipulangkan ke Indonesia Suwardi Suryaningrat atau dikenal dengan sebutan Ki Hajar Dewantara, masih tetap memiliki keinginan untuk memajukan bangsanya. Hingga pada tahun 1922, ia mendirikan perguruan Taman Siswa. Taman Siswa ini lahir dengan tujuan untuk memperbaiki sistem pendidikan secara kultural yang dapat diselenggarakan dengan baik. Bahkan organisasi ini menjadi tonggak untuk penataan pengembangan pen didikan nasional. Keistimewaan dari Taman Siswa ialah pelaksanaan kepemimpinan dalam organisasi yang demokratis, danmengutamakan kepentingan rakyat. Taman Siswa memiliki pedoman sebagai berikut. “Ing ngarso sing tulodo, Ing madya mangun karso, Tut wuri handayani”
Pedoman tersebut dapat diartikan sebagai prinsip seorang pemimpin. Jika di depan dia harus menjadi teladan, jika di tengah dia harus mampu membangun dan di belakang dia harus mampu memberi soko atau dukungan yang baik. Pada umumnya, pelaksanaan pendidikan diserahkan kepada pihak swasta, sehingga cegahan kolonial Belanda terhadap jalannya pendidikan menjadi terbatas. Belanda merasa takut Taman Siswa ini akan menghancurkan pemerintahannya. Saat itu pemerintah mengeluarkan peraturan tentang adanya sekolah liar, dan akhirnya Taman Siswa memiliki keterbatasan dalam melakukan pergerakannya.  
 G. PARTAI NASIONAL INDONESIA (PNI)
1) Latar belakang pendirian
Partai Nasional Indonesia didirikan di Bandung pada tanggal 4 Juli 1927 oleh Ir. Soekarno, Dr. Cipto Mangunkusumo, Soedjadi, Mr. Iskaq Tjokrodisuryo, Mr. Budiarto dan Mr. Soenarjo. Tujuan dari PNI yaitu mencapai Indonesia merdeka dengan usaha sendiri.
2) Kepengurusan PNI
Dalam kongres PNI pertama di Surabaya tanggal 27-30 Mei 1928 ditetapkan kepengurusannya sebagai berikut:
a.    Ketua (Ir. Soekarno)
b.    Sekretaris/bendahara (Mr. Iskaq Tjokrohadisurjo)
c.     Anggota (Dr. Samsi, Mr. Sartono, Mr. Soenarjo, Ir. Anwari).
Dalam kongres tersebut juga menetapkan susunan kerja yaitu mencapai Indonesia merdeka, memajukan perekonomian nasional dan memajukan pelajaran nasional. Untuk mencapai tujuan tersebut, PNI menggunakan tiga asas yaitu self help (berjuang dengan usaha sendiri) dan nonmendiancy, sikapnya terhadap pemerintah juga antipati dan nonkooperasi. Dengan dasar perjuangannya adalah marhaenisme.
Karena dinilai membahayakan pemerintah kolonial Belanda, maka tokoh PNI diantaranya Soekarno, Gatot Mangkuprodjo, Markum Sumodiredjo dan Supriadinata ditangkap dan dijatuhi hukuman oleh pengadilan Bandung. Dalam proses peradilan, Soekarno melakukan pembelaan dengan judul “Indonesai Menggugat”. Karena penangkapan para tokohnya membuat PNI semakin goyah sehingga dalam kongres luar biasa pada tanggal 25 April 1931 di Jakarta, PNI dibubarkan dan hal ini menimbulkan pro dan kontra. Kejadian ini membuat Mr. Sartono mendirikan Partindo. Sedangkan Mohammad Hatta dan Sutan Syahrir mendirikan Pendidikan Nasional Baru (PNI Baru).
 H. GABUNGAN POLITIK INDONESIA (GAPI)
GAPI berdiri tanggal 21 Mei 1939 di Jakarta. GAPI gabungan dari Parindra, Gerindro, Pasundan, Persatuan Minahasa, PSII, PII, dan Partai Katolik. Tokoh-tokoh GAPI antara lain M. Husni Thamrin, Abikusno Tjokrosujono, Amir Syarifuddin dan Kasimo. Faktor pendorong berdirinya GAPI ialah: Petisi Sutarjo yang menuntut agar Indonesia diberi pemerintahan sendiri, tetapi ditolak oleh Belanda; Menjelang Perang Dunia II situasi dunia genting; Sikap pemerintah kolonial Belanda yang kurang memperhatikan kepentingan bangsa Indonesia.
Dalam konferensi pertama pada tanggal 4 Juli 1939 telah mencanangkan semboyan yaitu Indonesia Berparlemen. GAPI mengeluarkan pernyataan yang dikenal dengan nama Manifesto GAPI dan isinya menyerukan kepada semua pihak untuk waspada terhadap bahaya fisis.
 I.  ORGANISASI KEPEMUDAAN  

    Organisasi kepemudaan yang terbentuk pada masa kebangkitan nasional merupakan akibat langsung berdirinya Budi Utomo, sehingga menyadarkan para pemuda untuk ikut memperjuangkan nasib bangsa Indonesia, namun organisasi kepemudaan ini masih bersifat kedaerahan. Ada beberapa organisasi yang berdiri di Indonesia antara lain : 
1) Trikoro Dharmo/Jong Java
Gerakan pemuda Indonesia sebenarnya telah dimulai sejak berdirinya Budi Utomo. Para pendiri Budi Utomo sebenarnya adalah para pemuda yang masih menjadi mahasiswa STOVIA. Namun, sejak kongres pertama, kepengurusan Budi Utomo diambil alih kaum priayi (bangsawan) dan para pegawai negeri. Tindakan tersebut membuat para pemuda kecewa kemudian keluar dari Budi Utomo.
Pada tanggal 7 Maret 1915, para pemuda mantan anggota Budi Utomo mendirikan organisasi Trikoro Dharmo di Batavia. Para pemimpinnya, antara lain R. Satiman Wiryosanjoyo (ketua), Sunardi atau Wongsonegoro (wakil ketua), Sutomo (sekretaris), dan pengurus lainnya, seperti Muslich, Musodo, dan Abdul Rachman. Trikoro Dharmo hanya untuk anak-anak sekolah menengah yang berasal dari Pulau Jawa dan Madura. Trikoro Dharmo artinya tiga tujuan mulia.

Adapun tujuan organisasi Trikoro Dharmo adalah sebagai berikut:
a.  Mempererat tali hubungan pelajar pribumi pada sekolah menengah dan perguruan kejuruan.
b.   Menambah pengetahuan umum bagi anggotanya.
c.    Membangkitkan dan mempertajam perasaan buat segala bahasa dan kebudayaan Hindia.
d.  Memperkukuh rasa persatuan dan kesatuan di antara para pemuda Jawa, Sunda, Madura, Bali, dan Lombok.

Pada tahun 1918 lewat kongresnya yang pertama di Solo, nama Trikoro Dharmo diubah menjadi Jong Java. Hal itu dimaksudkan agar para pemuda dari luar Pulau Jawa yang tata sosialnya berlandaskan budaya Jawa bersedia menjadi anggota Jong Java. Kegiatan Jong Java berkisar pada masalah-masalah sosial dan kebudayaan. Misalnya, pemberantasan buta huruf, kepanduan, dan kesenian. Jong Java tidak ikut terjun dalam dunia politik dan tidak pula men- campuri urusan agama tertentu. Anggotanya dilarang menjalankan aktivitas politik atau menjadi anggota partai politik.

Akan tetapi, sejak tahun 1924 karena pengaruh gerakan radikal, Syamsuridjal (ketua) mengusulkan agar anggota yang sudah berusia 18 tahun diberi kebebasan berpolitik dan juga memasukkan program memajukan agama Islam. Usul ini ditolak. Akibatnya, para anggota yang menghendaki terjun ke dunia politik dan ingin memajukan agama Islam mendirikan Jong Islamieten Bond. Organisasi Jong Islamieten Bond dipimpin oleh Syamsuridjal dengan mengangkat Haji Agus Salim sebagai penasihatnya.

Karena kuatnya pengaruh pergerakan politik, dalam kongresnya di Solo (17–31 Desember 1926) ditegaskan oleh ketuanya, Sunardi Jaksodipuro bahwa tujuan Jong Java tidak hanya terbatas untuk membangun cita-cita Jawa Raya saja, tetapi harus bercita-cita persatuan dan Indonesia merdeka. Untuk itu, anggota yang berusia di bawah 18 tahun hanya diperkenankan mengikuti kegiatan studi, seni, olahraga, dan kepanduan. Anggota yang berusia di atas 18 tahun boleh mengikuti rapat-rapat politik.

2) Jong Sumateranen Bond (9 Desember 1917)
Sejalan dengan lahirnya Trikoro Dharmo (1915) yang berubah nama menjadi Jong Java (1918), pada tanggal 9 Desember 1917 di Batavia berdiri Jong Sumateranen Bond. Adapun tujuannya adalah sebagai berikut:
1.    mempererat persaudaraan pemuda pelajar dari Sumatra dan membang- kitkan perasaan bahwa mereka terpanggil untuk menjadi pemimpin dan pendidik bangsa
2.    membangkitkan perhatian anggotanya dan orang luar untuk menghargai adat istiadat, seni, bahasa, kerajinan, pertanian, dan sejarah Sumatra
Untuk mencapai tujuan itu, dilakukan usaha-usaha sebagai berikut
  1. menghilangkan perasaan prasangka etnis di kalangan orang-orang Sumatra
  1. memperkuat perasaan saling membantu
  1. bersama-sama mengangkat derajat penduduk Sumatera dengan alat propaganda, kursus, dan ceramah-ceramah.
Berdirinya Jong Sumateranen Bond dapat diterima oleh para pemuda Sumatra yang berada di kota-kota lainnya. Oleh karena itu, dalam waktu singkat organisasi ini sudah mempunyai cabang di Bogor, Serang, Sukabumi, Bandung, Purworejo, dan Bukittinggi. Dari organisasi inilah kemudian muncul tokoh-tokoh nasional, seperti Moh. Hatta, Muh. Yamin, dan Sutan Syahrir. Makin tebalnya jiwa nasional di kalangan pemuda Sumatera menyebabkan nama Jong Sumateranen Bond yang menggunakan istilah Belanda diubah menjadi Pemoeda Soematera. 

3) Jong Ambon
Jong Ambon didirikan pada tahun 1918. Sebelum itu, sebenarnya telah lahir berbagai organisasi yang didirikan oleh orang-orang Ambon. Misalnya, Ambonsch Studiefonds (1909) oleh Tehupeilory; Ambons Bond (1911) untuk pegawai negeri: Mena Muria (1913) di Semarang; Sou Maluku Ambon di Ambon. Organisasi tersebut bertujuan memajukan ekonomi suku bangsa Ambon. 

4) Jong Minahasa dan Jong Celebes
Jong Minahasa didirikan pada tanggal 25 April 1919 oleh tokoh muda Minahasa, Ratu Langie. Jong Minahasa tampaknya sebagai lanjutan dari organisasi yang telah dibentuk sejak 1912 di Semarang, yaitu Rukun Minahasa. Pada tahun 1917 muncul pula organisasi Minahasa Celebes di Jakarta. Akan tetapi, dalam kenyataan Jong Minahasa dan Jong Celebes tidak dapat tumbuh karena jumlah pelajar dari Sulawesi tidak banyak. 

5) Perkumpulan Pemuda Daerah Lainnya
Pergerakan pemuda dari daerah lainnya yang muncul pada masa Pergerakan Nasional, antara lain sebagai berikut:
a.    Sekar Rukun (1920) didirikan oleh para pemuda Sunda di Jakarta.
b.    Pemuda Betawi didirikan oleh para pemuda asli Jakarta yang dipimpin oleh Husni Thamrin.
c.     Amorsch Verbond didirikan di Makassar (8 Juni 1922) untuk suku Timor.
d.    Jong Batak Bond didirikan untuk suku Batak pada tahun 1926.

Kongres Pemuda I
Kongres Pemuda I diadakan di Jakarta pada tanggal 30 April 1926, diketuai oleh Muh. Tabrani dari PPKI. Hasil Kongres Pemuda I yaitu :      
1.  Mengusulkan agar semua perkumpulan  pemuda bersatu dalam organisasi pemuda Indonesia, baik secara fusi maupun federasi.
2.  Mempersiapkan diselenggaranya Kongres Pemuda ke II.

Kongres Pemuda II
Kongres Pemuda II diadakan di Jakarta tanggal 27-28 Oktober 1928, dihadiri oleh wakil-wakil organisasi pemuda di seluruh daerah, dan diketuai oleh Seogondo Djojopeospito dari PPPI.
Hasil Kongres Pemuda II yaitu :
1.    Menyepakati seluruh organisasi kepemudaan di Indonesia berfusi atau meleburkan ke dalam Indonesia Muda.
2.    Para pemuda yang hadir dalam kongres, mengikrarkan Sumpah Pemuda yang berisi suatu kesepakatan : satu tanah air, Indonesia; satu bangsa, Indonesia; dan menjujung tinggi bahasa persatuan, Indonesia.


Pada tahun 1928 alam politik di Indonesia sudah dipenuhi oleh jiwa persatuan. Rasa bangga, rasa telah menemukan diri-sendiri, rasa memiiki cita-cita tinggi yaitu Indonesia Merdeka, telah mencekam jiwa rakyat Indonesia yang terjajah. Dalam Kongres Pemuda Indonesia II pada tanggal 27-28 Oktober 1928 di Jakarta, yang dihadiri oleh utusan organisasi-organisasi pemuda, diikrarkanlah sumpah yang terkenal dengan nama Sumpah Pemuda. Isinya adalah:

ISI SUMPAH PEMUDA : 

Pertama: Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, Tanah Indonesia 
Kedua : Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia 
Ketiga : Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, Bahasa Indonesia.
Kepada Kongres juga diperkenalkan lagu Indonesia Raya yang diciptakan oleh Wage Rudolf Supratman, dan bendera Merah Putih yang dipandang sebagai bendera pusaka bangsa Indonesia. Peristiwa Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928, merupakan salah satu puncak Pergerakan Nasional. 

Demikianlah Pergerakan Nasional Indonesia
Semoga Bermanfaat, Terima Kasih.
Dibuat Oleh : Amanah Cengkeh Padang


Entri Populer