PERGERAKAN NASIONAL WANITA INDONESIA
Latar Belakang Munculnya Pergerakan Nasional Wanita Indonesia
Sejarah gerakan wanita di indonesia
menunjukan kemiripan dengan gerakan wanita di negara-negara yang pernah
mengalami penjajahan oleh negara-negara Barat. Pada umumnya gerakan wanita
sebagai sosial tidak muncul tiba-tiba melainkan merupakan perkembangan dalam
masyarakat dimana ada perasaan cemas dan ada keinginan individu yang
menghendaki perubahan dan yang kemudian bergabung dalam suatu tindakan bersama.
Awal dari kemunculan gerakan wanita di
Indonesia ini tidak lepas dari kebijakan pemerintahan
kolonial. Salah satu kebijakan yang mempengaruhinya adalah
kebijakan politik etis yang didalamnya terdapat hal mengenai pendidikan. Dengan
adanya politik etis ini bidang pengajaran menjadi salah satu prioritas
pemerintahn kolonial dimana pemerintahan kolonial tidak hanya mendirikan
sekolah rendah saja melainkan mulai mendirikan sekolah-sekolah menengah,
sekolah keguruan, dan sekolah tinggi.
Namun sayangnya perkembangan pendidikan
ini tidak dapat sepenuhnya dirasakan oleh kaum wanita karena hanya kaum
laki-laki yang dapat mengenyam pendidikan sampai ke jenjang yang tinggi. Hal
ini memunculkan adanya diskriminasi antara kaum pria dan kaum wanita.
Berkembangnya diskriminasai terutama dalam pembatasan pendidikan bagi kaum
wanita ini ternyata dipengaruhi oleh adat yang berkembang pada saat itu.
Sehingga pendidikan yang diperoleh kaum wanita hanya sebatas kepada persiapan
untuk menjadi seorang ibu rumah tangga yang baik, kalaupun wanita itu
bersekolah itu hanya sampai tingkat sekolah rendah saja karena pada masa itu
anak wanita yang sudah menginjak usia dewasa atau gadis tidak diperbolehkan
keluar rumah dalam kehidupan keluarga.
Selain itu juga faktor yang turut
mempengaruhi munculnya gerakan wanita adalah menegenai kedudukan wanita yang
berada dalam kekusaan laki-laki, terutama dalam hal perkawinan. Kekuasaan yang
tak terbatas dari seorang laki-laki ini menyebabkan dia dapat dengan mudah
mempoligami istrinya dan menceraikan istrinya sesuka hati, kekuasaan tidak
terbatas dari kaum laki-laki dalam perkawinan dimana seorang laki-laki dengan
begitu saja sewaktu-waktu boleh menceraikan isterinya, tidak usah mengatakan
sebab-sebabnya dan tidak ada beban kewajiban untuk menyokong isteri yang
diceraikan, kawin paksa dimana wanita banyak yang di kawinkan dengan suami yang
belum pernah dilihatnya, atau sudah pernah di lihat tetapi belum dikenal, adat
kebiasaan tetap tinggal di rumah yang menuntut gadis-gadis sejak mulai
menginjak waktu dewasa tidak boleh meninggalkan rumah, maka hal-hal inilah yang
kemudian menjadi penyebab dari awal mulanya pergerakan wanita.
Tujuan
Pergerakan kaum wanita pada umumnya bersifat sosial, dengan tujuan:
1. Keluar:
berusaha memperoleh persamaan hak setaraf dengan kaum pria, agar supaya tidak
diperlakukan sewenang-wenang.
2. ke
dalam :
berusaha meningkat/sempurnakan kemampuan dan kecerdasan kaum wanita sendiri
sebagal ibu dan pemeg ang kendali rumah-tangga.
Perkembangan Organisasi Wanita di Indonesia
Pada masa-masa berikutnya, kesadaran wanita
Indonesia untuk hidup lebih baik makin terbuka lebar. Hal ini ditandai dengan
keberadaan organisasi-organisasi wanita yang semakin banyak berdiri. Organisasi
wanita yang muncul misalnya:
Organisasi-organisasi
wanita yang berdiri pada masa pergerakan nasional antara lain:
1)
Putri Mardika (1912)
Putri
Mardika adalah organisasi keputrian tertua dan merupakan bagian dari Budi
Utomo. Tujuannya adalah untuk memberikan bantuan, bimbingan dan penerangan
kepada wanita-wanita pribumi dalam menuntut pelajaran dan dalam menyatakan
pendapat di muka umum. Kegiatannya antara lain sebagai berikut: memberikan
beasiswa dan menerbitkan majalah bulanan. Tokoh-tokohnya: P.A
Sabarudin,
R.A
Sutinah Joyopranoto, R.R
Rukmini,
dan Sadikun
Tondokukumo.
2)
Kartini Fonds (Dana Kartini)
Organisasi
ini didirikan oleh Tuan dan Nyonya C. Th. Van Deventer, tokoh
politik etis. Salah satu usahanya adalah mendirikan sekolah-sekolah, misalnya:
Sekolah Kartini di Jakarta, Bogor, Semarang (1913), setelah itu di Madiun
(1914), Malang dan Cirebon (1916), Pekalongan (1917), Subabaya dan Rembang.
3)
Kautamaan Istri
Organisasi
ini berdiri sejak tahun 1904 di Bandung, yang didirikan oleh R.
Dewi Sartika.
Pada tahun 1910 didirikan Sekolah Keutamaan Istri, dengan tujuan mengajar anak
gadis agar mampu membaca, menulis, berhitung, punya keterampilan
kerumahtanggaan agar kelak dapat menjadi ibu rumah tangga yang baik. Kegiatan
ini kemudian mulai diikuti oleh kaum wanita di kota-kota lainnya, yaitu
Tasikmalaya, Garut, Purwakarta, dan Padang Panjang.
4)
Kerajinan Amal Setia (KAS)
KAS
didirikan di Kota Gadang Sumatra Barat oleh Rohana
Kudus tahun
1914. Tujuannya
adalah untuk meningkatkan pendidikan wanita, dengan mengajarkan cara-cara
mengatur rumah tangga, membuat barang-barang kerajinan tangan beserta cara
pemasarannya. Pada tahun itu juga, KAS berhasil mendirikan sekolah wanita
pertama di Sumatera sebelum terbentuknya Diniyah Putri di Padangpanjang.
5)
Aisyiah (1917)
Aisyiah
didirikan pada 22 April 1917 dan merupakan bagian dari Muhammadiyah. Pendirinya
adalah H. Siti Walidah Ahmad Dahlan. Kegiatan utamanya adalah memajukan
pendidikan dan keagamaan bagi kaum wanita, memelihara anak yatim, dan
menanamkan rasa kebangsaan lewat kegiatan organisasi agar kaum wanita dapat
mengambil peranan aktif dalam pergerakan nasional.
6)
Percintaan Ibu Kepada Anak Turunannya (PIKAT)
PIKAT
didirikan pada bulan Juli 1917 oleh Maria
Walanda Maramis di
Menado, Sulawesi Utara. Tujuannya: memajukan pendidikan kaum wanita dengan cara
mendirikan sekolah-sekolah rumah tangga (1918) sebagai calon pendidik anak-anak
perempuan yang telah tamat Sekolah Rakyat. Di dalamnya diajari cara-cara
mengatur rumah tangga yang baik, keterampilan, dan menanamkan rasa kebangsaan.
7)
Organisasi Kewanitaan Lain
Organisasi
Kewanitaan lain yang berdiri cukup banyak, antara lain: Pawiyatan Wanita di
Magelang (1915), Wanita Susila di Pemalang (1918), Wanita Rukun Santoso di
Malang, Budi Wanita di Solo, Putri Budi Sejati di Surabaya (1919), Wanita Mulya
di Yogyakarta (1920), Wanita Katolik di Yogyakarta (1921), PMDS Putri (1923),
Wanita Taman Siswa (1922), dan Putri Indonesia (1927).
8)
Kongres Perempuan Indonesia
Pada
22-25 Desember 1928 di Yogyakarta, diselenggarakan Kongres Perempuan Indonesia
pertama. Kongres tersebut diprakarsai oleh berbagai organisasi wanita seperti:
Wanita Utomo, Putri Indonesia, Wanita Katolik, Wanita Mulya, Aisyiah, SI, JIB,
dan Taman Siswa bagian wanita. Tujuan kongres adalah mempersatukan cita-cita
dan usaha untuk memajukan wanita Indonesia, dan juga mengadakan gabungan antara
berbagai perkumpulan wanita yang ada.
Dalam
kongres itu diambil keputusan untuk mendirikan gabungan perkumpulam wanita yang
disebut Perikatan Perempuan Indonesia (PPI) dengan tujuan:
1. memberi
penerangan dann perantaraan kepada kaum perempuan, akan mendirikan studie
fond untuk
anak-anak perempuan yang tidak mampu;
2. mengadakan
kursus-kursus kesehatan;
3. menentang
perkawinan anak-anak;
4. memajukan
kepanduan untuk organisasi-organisasi wanita tersebut di atas, pada umumnya
tidak mencampuri urusan politik dan berjuang dengan haluan kooperatif.
Demikianlah Pergerakan Nasional Wanita Indonesia
Semoga Bermanfaat, Terima Kasih.
Dibuat Oleh : Amanah Cengkeh Padang