KOMUNIKASI EFEKTIF
A. PENGERTIAN KOMUNIKASI
Komunikasi
adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu pihak
kepada pihak lain. Pada umumnya, komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal
yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. apabila tidak ada bahasa verbal
yang dapat dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan
menggunakan gerak-gerik badan, menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum,
menggelengkan kepala, mengangkat bahu. Cara seperti ini disebut komunikasi
nonverbal.
B. PENGERTIAN KOMUNIKASI EFEKTIF
Komunikasi
efektif adalah komunikasi yang bertujuan agar komunikan dapat memahami pesan
yang disampaikan oleh komunikator dan komunikan memberikan umpan balik yang
sesuai dengan pesan. Umpan balik yang sesuai dengan pesan tidak selalu berupa
persetujuan. Komunikan dapat saja memberikan umpan balik berupa ketidaksetujuan
terhadap pesan, yang terpenting adalah dimengertinya pesan dengan benar oleh
komunikan dan komunikator memeroleh umpan balik yang menandakan bahwa pesannya
telah dimengerti oleh komunikan. Sebagai contoh, auditor meminta data anggaran
kepada auditan. Auditan mengerti permintaan auditor, tetapi menolak memberikan
data tersebut, maka komunikasi yang terjadi telah efektif. Komunikasi tersebut
efektif, meskipun umpan balik tidak sesuai keinginan auditor, karena pesan
telah dimengerti dengan benar dan diberikan umpan balik.
C. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KOMUNIKASI
Latar belakang budaya
Interpretasi
suatu pesan akan terbentuk dari pola pikir seseorang melalui kebiasaannya,
sehingga semakin sama latar belakang budaya antara komunikator dengan komunikan
maka komunikasi semakin efektif.
Ikatan kelompok atau group
Nilai-nilai
yang dianut oleh suatu kelompok sangat mempengaruhi cara mengamati pesan.
Harapan
Harapan
mempengaruhi penerimaan pesan sehingga dapat menerima pesan sesuai dengan yang
diharapkan.
Pendidikan
Semakin tinggi
pendidikan akan semakin kompleks sudut pandang dalam menyikapi isi pesan yang
disampaikan.
Situasi
Perilaku
manusia dipengaruhi oleh lingkungan/situasi.
D. UNSUR-UNSUR KOMUNIKASI :
1. Komunikator.
Pengirim (sender) yang mengirim pesan kepada komunikan
dengan menggunakan media tertentu. Unsur yang sangat berpengaruh dalam komunikasi,
karena merupakan awal (sumber) terjadinya suatu komunikasi.
2. Komunikan
Penerima (receiver) yang menerima pesan dari
komunikator, kemudian memahami, menerjemahkan dan akhirnya memberi
respon.
3. Media
Saluran (channel) yang digunakan untuk menyampaikan
pesan sebagai sarana berkomunikasi. Berupa bahasa verbal maupun non verbal,
wujudnya berupa ucapan, tulisan, gambar, bahasa tubuh, bahasa mesin, sandi dan
lain sebagainya
4.
Pesan.
Isi komunikasi berupa pesan (message) yang disampaikan oleh Komunikator kepada
Komunikan. Kejelasan pengiriman dan penerimaan pesan sangat
berpengaruh terhadap kesinambungan komunikasi
5.
Tanggapan.
Merupakan dampak (effect) komunikasi sebagai respon atas penerimaan pesan.
Diimplentasikan dalam bentuk umpan balik (feed back) atau tindakan sesuai
dengan pesan yang diterima.
E. JENIS-JENIS KOMUNIKASI
Menurut Potter
dan Perry (1993), Swansburg (1990), Szilagyi (1984), dan Tappen (1995) ada tiga
jenis komunikasi yaitu verbal, tertulisa dan non-verbal yang dimanifestasikan
secara terapeutik.
1. Komunikasi Verbal
Jenis komunikasi yang paling lazim digunakan dalam pelayanan keperawatan
di rumah sakit adalah pertukaran informasi secara verbal terutama pembicaraan
dengan tatap muka. Komunikasi verbal biasanya lebih akurat dan tepat waktu.
Katakata adalah alat atau simbol yang dipakai untuk mengekspresikan ide atau
perasaan, membangkitkan respon emosional, atau menguraikan obyek, observasi dan
ingatan. Sering juga untuk menyampaikan arti yang tersembunyi, dan menguji minat
seseorang. Keuntungan komunikasi verbal dalam tatap muka yaitu memungkinkan
tiap individu untuk berespon secara langsung. Komunikasi Verbal yang efektif
harus:
a. Jelas dan
ringkas
Komunikasi yang efektif harus sederhana, pendek dan langsung. Makin sedikit
kata-kata yang digunakan makin kecil kemungkinan terjadinya kerancuan.
Kejelasan dapat dicapai dengan berbicara secara lambat dan mengucapkannya
dengan jelas. Penggunaan contoh bisa membuat penjelasan lebih mudah untuk
dipahami. Ulang bagian yang penting dari pesan yang disampaikan. Penerimaan
pesan perlu mengetahui apa, mengapa, bagaimana, kapan, siapa dan dimana.
Ringkas, dengan menggunakan kata-kata yang mengekspresikan ide secara
sederhana. Contoh: “Katakan pada saya dimana rasa nyeri anda” lebih baik
daripada “saya ingin anda menguraikan kepada saya bagian yang anda rasakan
tidak enak.”
b.Perbendaharaan Kata
Komunikasi tidak akan berhasil, jika pengirim pesan tidak mampu
menerjemahkan kata dan ucapan. Banyak istilah teknis yang digunakan dalam
keperawatan dan kedokteran, dan jika ini digunakan oleh perawat, klien dapat
menjadi bingung dan tidak mampu mengikuti petunjuk atau mempelajari informasi
penting. Ucapkan pesan dengan istilah yang dimengerti klien. Daripada
mengatakan “Duduk, sementara saya akan mengauskultasi paru-paru anda” akan
lebih baik jika dikatakan “Duduklah sementara saya mendengarkan paru-paru
Anda”.
c.Arti denotatif dan konotatif
Arti denotatif memberikan pengertian yang sama terhadap kata yang
digunakan, sedangkan arti konotatif merupakan pikiran, perasaan atau ide yang
terdapat dalam suatu kata. Kata serius dipahami klien sebagai suatu kondisi
mendekati kematian, tetapi perawat akan menggunakan kata kritis untuk
menjelaskan keadaan yang mendekati kematian. Ketika berkomunikasi dengan klien,
perawat harus hati-hati memilih kata-kata sehingga tidak mudah untuk disalah
tafsirkan, terutama sangat penting ketika menjelaskan tujuan terapi, terapi dan
kondisi klien.
d.Selaan dan kesempatan berbicara
Kecepatan dan tempo bicara yang tepat turut menentukan keberhasilan
komunikasi verbal. Selaan yang lama dan pengalihan yang cepat pada pokok
pembicaraan lain mungkin akan menimbulkan kesan bahwa perawat sedang
menyembunyikan sesuatu terhadap klien. Perawat sebaiknya tidak berbicara dengan
cepat sehingga kata-kata tidak jelas. Selaan perlu digunakan untuk menekankan
pada hal tertentu, memberi waktu kepada pendengar untuk mendengarkan dan
memahami arti kata. Selaan yang tepat dapat dilakukan denganmemikirkan apa yang
akan dikatakan sebelum mengucapkannya, menyimak isyarat nonverbal dari
pendengar yang mungkin menunjukkan. Perawat juga bisa menanyakan kepada
pendengar apakah ia berbicara terlalu lambat atau terlalu cepat dan perlu untuk
diulang.
e.Waktu dan relevansi
Waktu yang tepat sangat penting untuk menangkap pesan. Bila klien sedang
menangis kesakitan, tidak waktunya untuk menjelaskan resiko operasi. Kendatipun
pesan diucapkan secara jelas dan singkat, tetapi waktu tidak tepat dapat
menghalangi penerimaan pesan secara akurat. Oleh karena itu, perawat harus peka
terhadap ketepatan waktu untuk berkomunikasi. Begitu pula komunikasi verbal
akan lebih bermakna jika pesan yang disampaikan berkaitan dengan minat.
f.Humor
Dugan (1989) mengatakan bahwa tertawa membantu pengurangi ketegangan dan
rasa sakit yang disebabkan oleh stres, dan meningkatkan keberhasilan perawat
dalam memberikan dukungan emosional terhadap klien. Sullivan dan Deane (1988)
melaporkan bahwa humor merangsang produksi catecholamines dan hormon yang
menimbulkan perasaan sehat, meningkatkan toleransi terhadap rasa sakit,
mengurangi ansietas, memfasilitasi relaksasi pernapasan dan menggunakan humor
untuk menutupi rasa takut dan tidak enak atau menutupi ketidak mampuannya untuk
berkomunikasi dengan klien.
2.Komunikasi Non-Verbal
Komunikasi non-verbal adalah pemindahan pesan tanpa
menggunakan katakata. Merupakan cara yang paling meyakinkan untuk menyampaikan
pesan kepada orang lain. Perawat perlu menyadari pesan verbal dan non-verbal
yang disampaikan klien mulai dari saat pengkajian sampai evaluasi asuhan
keperawatan, karena isyarat non-verbal menambah arti terhadap pesan verbal.
Perawat yang mendektesi suatu kondisi dan menentukan kebutuhan asuhan
keperawatan.
Komunikasi
non-verbal teramati pada:
a.Metakomunikasi
Komunikasi tidak hanya tergantung pada pesan tetapi
juga pada hubungan antara pembicara dengan lawan bicaranya. Metakomunikasi
adalah suatu komentar terhadap isi pembicaraan dan sifat hubungan antara yang
berbicara, yaitu pesan di dalam pesan yang menyampaikan sikap dan perasaan
pengirim terhadap pendengar. Contoh: tersenyum ketika sedang marah.
b.Penampilan
Personal
Penampilan seseorang merupakan salah satu hal pertama yang diperhatikan
selama komunikasi interpersonal. Kesan pertama timbul dalam 20 detik sampai 4
menit pertama. Delapan puluh empat persen dari kesan terhadap seseOrang
berdasarkan penampilannya (Lalli Ascosi, 1990 dalam Potter dan Perry, 1993).
Bentuk fisik, cara berpakaian dan berhias menunjukkan kepribadian, status
sosial, pekrjaan, agama, budaya dan konsep diri. Perawat yang memperhatikan
penampilan dirinya dapat menimbulkan citra diri dan profesional yang positif.
Penampilan fisik perawat mempengaruhi persepsi klien terhadap pelayanan/asuhan
keperawatan yang diterima, karena tiap klien mempunyai citra bagaimana
seharusnya penampilan seorang perawat. Walaupun penampilan tidak sepenuhnya
mencerminkan kemampuan perawat, tetapi mungkin akan lebih sulit bagi perawat
untuk membina rasa percaya terhadap klien jika perawat tidak memenuhi citra klien.
c.Intonasi
(Nada Suara)
Nada suara pembicara mempunyai dampak yang besar terhadap arti pesan yang
dikirimkan, karena emosi seseorang dapat secara langsung mempengaruhi nada
suaranya. Perawat harus menyadari emosinya ketika sedang berinteraksi dengan
klien, karena maksud untuk menyamakan rsa tertarik yang tulus terhadap klien
dapat terhalangi oleh nada suara perawat.
d.Ekspresi
wajah
Hasil suatu penelitian menunjukkan enam keadaan emosi utama yang tampak
melalui ekspresi wajah: terkejut, takut, marah, jijik, bahagia dan sedih.
Ekspresi wajah sering digunakan sebagai dasar penting dalam menentukan pendapat
interpesonal. Kontak mata sangat penting dalam komunikasi interpersonal. Orang
yang mempertahankan kontak mata selama pembicaraan diekspresikan sebagai orang
yang dapat dipercaya, dan memungkinkan untuk menjadi pengamat yang baik.
Perawat sebaiknya tidak memandang ke bawah ketika sedang berbicara dengan
klien, oleh karena itu ketika berbicara sebaiknya duduk sehingga perawat tidak
tampak dominan jika kontak mata dengan klien dilakukan dalam keadaan
e.Sikap tubuh
dan langkah
Sikap tubuh dan langkah menggambarkan sikap; emos, konsep diri dan
keadaan fisik. Perawat dapat mengumpilkan informasi yang bermanfaat dengan
mengamati sikap tubuh dan langkah klien. Langkah dapat dipengaruhi oleh faktor
fisik seperti rasa sakit, obat, atau fraktur.
f.Sentuhan
Kasih sayang, dudkungan emosional, dan perhatian disampaikan melalui
sentuhan. Sentuhan merupakan bagian yang penting dalam hubungan perawat-klien,
namun harus mnemperhatikan norma sosial. Ketika membrikan asuhan keperawatan,
perawat menyentuh klien, seperti ketika memandikan, melakukan pemeriksaan
fisik, atau membantu memakaikan pakaian.
Demikianlah Komunikasi Efektif
Semoga Bermanfaat, Terima Kasih
Dibuat Oleh : Amanah Cengkeh Padang